logo web

Dipublikasikan oleh PA Sungai Penuh pada on . Dilihat: 2286

Gelar Terakhir

Oleh: M. Khusnul Khuluq, S.Sy., M.H.

(Hakim Pengadilan Agama Sungai Penuh, Jambi)

Email: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.">Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Gelar itu tanda bahwa kita telah menjalani sesuatu. Tapi, apakah sesuatu yang telah kita jalani itu menambah kualitas diri atau tidak itu persoalan lain. Karena gelar itu sebatas goresan tinta di atas kertas.

Ada juga orang yang hobi mengumpulkan gelar. Bagi orang-orang seperti ini, semakin banyak gelar menjadi sebuah kebanggaan tersendiri. Itu adalah bukti bahwa dia telah menjalani lusinan kurikulum.

Ada pula mereka yang sangat teliti dengan gelar mereka. Kurang titik satu saja mereka protes. Walaupun protes itu dilakukan secara halus. Apa lagi ketika orang salah menuliskan gelar mereka.

Mereka akan lebih protes lagi kalau gelar mereka tidak dicantumkan. Walaupun protesnya mungkin hanya di batin saja. Atau protes dengan cara sangat halus. Yaitu mengingatkan agar gelarnya ditulis.

Kalimat canda yang sering muncul adalah bahwa gelar itu mahal. Sehingga harus dicantumkan. Tapi, tidak jarang pula mereka yang tidak begitu memperdulikan gelar.

Saya salut dengan mereka yang tidak protes ketika orang salah menuliskan gelar mereka. Mungkin, menurut mereka apa pentingnya sebuah gelar. Itu hanya tulisan di atas banner. Tidak mencerminkan kualitas diri. Mungkin ini pikiran mereka. Toh kesalahan menuliskan gelar itu kebanyakan tidak sengaja. Kalau sengaja untuk merendahkan, itu yang tidak benar.   

Dalam penulisan laporan akademik berupa jurnal, apalagi kelas internasional, gelar akademik tidak perlu dicantumkan. Mengapa? Karena gelar tidak menjamin kedalaman analisis sebuah riset. Sementara kualitas sebuah laporan riset dilihat dari ketepatan metodologi kedalaman analisis. Apa pentingnya gelar jika riset yang dia lakukan serampangan. Dalam konteks ini, saya paham bahwa tradisi akademik yang baik tidak percaya dengan gelar.

Sebetulnya, gelar itu mencerminkan keahlian tertentu. Misalnya, sarjana teknik sipil berarti mengerti tentang ilmu teknik. Master dalam bidang hukum, seharusnya memang dia ahli dalam bidang itu. Atau doktor dalam bidang ekonomi, harusnya memiliki wisdom dalam bidang itu. Melahirkan ilmu-ilmu baru dalam lingkup itu. Idealnya memang demikian. Tapi, faktanya tidak selalu demikian.

Jadi, sarjana, (disingkat S.) adalah gelar untuk pendidikan tinggi tingkat pertama. Biasnaya diikuti dengan singkatan untuk lingkup ilmu yang dia tempuh. Pada level ini seseorang dituntut untuk mengerti ilmu tersebut. Kemudian master, disingkat M. dan diikuti singkatan untuk lingkup ilmu yang kita geluti. Pada level ini, kita dituntut untuk benar-benar ahli dalam ilmu yang kita geluti.

Gelar di atas master adalah Doktor (disingkat Dr.). di beberapa negara memakai istilah Doctor of Philosophy (Ph.D). Sebuah gelar yang diperoleh setelah melalui pendidikan doktoral. Tidak lagi memahami atau ahli dalam bidang keilmuan tertentu. Tapi harus mampu menciptakan ilmu dalam bidang yang digeluti. Itu idelanya.

Itu mengapa saya katakan di awal, bahwa gelar adalah tanda bahwa kita telah menjalani sesuatu. Adapun soal sesuatu yang telah kita jalani menambah kualitas diri kita atau tidak, itu persoalan lain. Itu terbukti dalam tradisi penulisan jurnal internasional.

Artinya, seorang yang punya gelar master dalam bidang hukum belum tentu dia ahli dalam bidang itu. Itu tergantung seberapa serius dia saat menempuh pendidikan. Sebaliknya, bisa jadi ada seseorang yang sangat ahli dalam bidang tertentu, meskipun dia tidak punya gelar dalam bidang itu.

Satu lagi gelar yang cukup menohok. Yaitu Profesor. Biasnaya diletakkan di depan nama. Sebetulnya, ini bukan gelar akademik. Karena gelar akademik paling tinggi yang diberikan universitas adalah doktor. Adapun profesor lebih merupakan jabatan fungsional.

Jadi, ada banyak gelar bisa disematkan di depan atau di belakang nama. Terlepas dari semua itu, ada satu gelar lagi yang menarik. Yaitu almarhum, atau disingkat A.L.M. Ini adalah gelar terakhir yang akan kita tempelkan di samping nama kita suatu saat nanti. Dan itu juga adalah tanda bahwa kita telah menjalani sesuatu. Yaitu hidup. Tapi, apakah hidup yang telah kita jalani itu berarti atau tidak, itu persoalan lain. []

 

 

 

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice