logo web

Dipublikasikan oleh Ridwan Anwar pada on .

Pasca Libur Idul Fitri, PA Purwodadi Gelar Apel Pagi dan Halal Bihalal

Purwodadi | PA Purwodadi

Mengawali masuk kantor,  setelah libur panjang ‘Idul Fitri, (23 Juni 2017 sampai dengan ahad 02 Juli 2017),    dalam rangka meningkatkan etos kerja, kebersamaan  dan mempererat tali shilaturrahmi   pegawai di Pengadilan Agama Purwodadi mengadakan apel pagi disertai acara Halal-bihalal.

Acara ini dihadiri oleh Ketua, Wakil Ketua, Hakim PA, Pejabat struktural, pegawai dan honorer. Sekitar pukul 07.30 WIB acara dimulai dengan disiapkan oleh Komandan apel, Fathul Hadi, SH. dengan Inspektur adalah Ketua, Drs. H. Toha Mansyur, SH.MH. sedangkan untuk do’a dipandu  Drs. H. Hamdani, SH. MH (Hakim PA Purwodadi).

Dalam amanahnya, Ketua Pengadilan Agama Purwodadi  menyampaikan“tanda-tanda diterima ibadah puasa seorang hamba oleh Allah SWT”  dengan mengamalkan ruh/jiwa training selama bulan Ramadlan, teristimewa kejujuran dan kedisiplinan  dan menghindari pengangguran akan membawa kenikmatan tersendiri, karena kenikmatan itu justru terletak pada kesibukan itu sendiri dapat merangsang untuk meningkatkan taraf hidup dalam arti Syawal atau irtifa’ setinggi-tingginya.

Beliau membuka pembicaraan dengan saling memaafkan, menerima kesalahan menuju kepada kebaikan dengan penuh kesuksesan:

تقبل الله منا ومنكم صيامنا وصيامكم, وجعلنا الله واياكم من العائدين والفائزين كل عام وانتم بخير

Ucapan tersebut adalah berisi doa, yang maksudnya semoga Allah menerima ibadah puasa kita, dan semoga kita termasuk orang-orang yang kembali kepada fitrah dan sukses.

Selanjutnya menurut beliau, dengan mengutip pendapat Ibnu Rajab AlHambali, bahwa diterimanya amal  ibadah dapat diindikasikan  Allah memberi taufiq atau hidayah kepada hamba tersebut untuk melakukan amal soleh berikutnya. Hal ini dikuatkan oleh surat Al-Insyirah (94) ayat 7 yakni  (فإذا فرغت فانصب) maka apabila kamu telah seslesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Karena selesainya satu urusan bukan berarti berhenti dan menikmati hasil, sehingga lebih terkesan nganggur dengan konotasi negatif. Bahkan dalam Islam memandang bahwa keberhasilan yang telah capai dipacu untuk lebih giat lagi menghadapi urusan yang lebih tinggi dan menantangnya sesuai posisi  kita dari hasil usaha (kasab) tersebut. Karena  itu Umar bin Khattab menyatakan “Saya benci melihat salah seorang dari kalian menganggur, tidak melakukan suatu pekerjaan, baik yang menyangkut kehidupan dunianya, tidak pula kehidupan akhiratnya”. Oleh karena itu dalam kesempatan pasca Ramadhan ini, marilah kita berusaha mengerjakan amal-amal soleh seperti puasa sunnah enam hari pada bulan Syawal, sebagaimana sabda Nabi :

من صام رمضان ثم أتبعه ستاّ من شوال كان كصيام االدهر

“Barangsiapa puasa Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa enam hari pada bulan Syawal, maka baginya seperti puasa satu tahun”.

Puasa sunah, seperti puasa hari senin, kamis, sholat tahajud, begitu juga dengan kebiasaan tadarus,  kita lanjutkan pasca Ramadhan.

Akhirnya ketua menutup dengan mengucapkan :  “Mohon maaf lahir dan batin”,  disusul dengan orasi semangat tepuk Mahkamah Agung dan tepuk Pengadilan Agama  serta pengucapan visi dan misi Pengadilan Agama oleh para pengucap.

Kemudian setelah apel selesai, acara dilanjutkan dengan mauizhotul hasanah yang disampaikan oleh Bapak DR. H. Ahmad Zuhdi,M.Hum (Hakim PA. Purwodadi), dalam memaknai Halal bihalal  paska puasa Ramadlan 1438 H beliau mengatakan acara ini terlaksana karena adanya pengamalan al-Qur’an  surat Al-Fathir (35) ayat 32-33 sebagaimana terdapat dalam dari kitab “Tafsir Al-Kurtubi, Al-Jami’ul Ahkam Al-Qur’an”,  berkaitan dengan kinerja seseorang, dimana Al-Qur’an diwariskan kepada hamba-hamba yang dipilih-Nya. Ayat tersebut adalah :

 

 

Artinya : “Kemudian Kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan. (bagi mereka) syurga 'Adn mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan Pakaian mereka didalamnya adalah sutera.”

 Adapun yang dimaksud dengan Orang yang menganiaya dirinya sendiri ialah orang yang lebih banyak kesalahannya daripada kebaikannya, dan pertengahan ialah orang-orang yang kebaikannya berbanding dengan kesalahannya, sedang yang dimaksud dengan orang-orang yang lebih dahulu dalam berbuat kebaikan ialah orang-orang yang kebaikannya amat banyak dan amat jarang berbuat kesalahan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. Dan dapat dicirikan kepada 3 (tiga) tingkatan sebagai berikut:

  1. Mendholimi diri sendiri (ظالم لنفسه), dalam menterjemahkan arti kata zholimun linafsih tersebut ulama' tafsir tidak sepakat dan masih dalam perdebatan ada yang  memberikan ciri sebagai oang yang bodoh dan kebanyakan mereka banyak ngomong tapi tidak  ada tindakan  apapun, dzikir hanya dilisan saja dzikir dihati dilupakan dan mereka itu dikenal dengan shahibul aqwal, yakni orang-orang yang banyak berbicara, sering mengomentari berbagai hal tetapi tidak  bekerja, beribadah hanya karena takut siksa Allah SWT, neraka;
  2. Pertengahan (مقتصد), yakni sedang-sedang saja, dapat menyelesaikan tugas dan tanggungjawab pekerjaannya  dengan baik, tetapi bukan menjadi pionir di lembaganya.
  3. Lebih dahulu berbuat kebaikan (سابق بالخيرات), yakni menjadi pionir, uswatun hasanah dalam lingkungannya, dan inilah derajat tertinggi.

Antar level/ tataran tersebut para  ulama’ tidak sepakat  dalam memberikan definisi.

Di akhir kata beliau mengatakan bahwa sekang bagaimana memposisikan diri kita tidak menempati zholimun linafsih tapi bisa paling tidak pad level muqtashidun, sejalan dengan hadits nabi Muhammad SAW : “kun ‘aliman au muta’alliman wala takun jahilan. Ayat 32 QS Fathir tersebut bisa kita dijadikan tolok ukur produktivitas kita, syukur kita bisa mencapai   level  sabiqun bil khairat, berarti  kita akanmenjadi pelopor  kebaikan, inovator ang tangguh di bidang  ibadah kita juga harus meningka agar lebih baik dari kemarin.

Sebagai contoh dalam membaca qur’an, sesekali setelah syawal tes diri sendiri syawal ini mampu tidak. Lebih separo jatah umur kita ada yang 100  tahun leibh 50 tahun.  Kalau umur  sudah 63 tahun, seperti umur nabi masih juga menyianyiakan waktu tanpa kegiatan baik duniawi maupun ukhrawi, maka termasuk menzholimin sendiri.  wasathiyah, wustho, hafizhu a’a shalatil wushtho, khoirul umuri ausathuha, wain qalla.

Setelah tausihyah selesai acara dilanjutkan dengan mushafahah, saling bersalaman, saling memaafkan sesama pegawai Pengadilan Agama Purwodadi. ( Srj.)

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice