logo web

Dipublikasikan oleh Ridwan Anwar pada on . Dilihat: 8172

Di ruang kerjanya, gedung MA RI Jakarta, Kamis (7/2/2013), Pak Tuada berkenan menerima kunjungan Drs. Muslim, SH, MA (Wakil Ketua PA Cilegon sekaligus penulis buku biografi mantan Dirjen Badilag Wahyu Widiana) dan Alimuddin, SHI (Hakim PA Pandan).

Dalam kesempatan itu Pak Tuada banyak memaparkan gagasan untuk perubahan peradilan agama ke depan, termasuk memberikan pesan dan nasihat untuk warga peradilan agama seluruh Indonesia.

Demikian sebagian isi pembicaraan dalam pertemuan yang berlangsung hangat itu:

Apa kabar, Pak Tuada?

Alhamdulillah, saya sehat. Itu berkat doa Anda berdua dan warga peradilan agama di seluruh Indonesia.

Kami mengucapkan selamat ulang tahun. Apa yang Bapak rasakan?

Oh, ya, tahu dari mana saudara berdua? Saya bangga dengan peradilan agama. Saya merasakan ada perubahan di lembaga kita.

Apa perubahan yang Bapak rasakan?

Pertama, perubahan dalam bidang pengembangan SDM. Peradilan agama telah jauh berubah. Hakim peradilan agama sudah banyak yang kuliah lagi, jenjang S-2 bahkan sampai S-3, segala disiplin ilmu hukum, termasuk hukum ekonomi syariah.

Kedua, perubahan dalam bidang teknologi informasi (TI). Bahkan orang-orang luar negeri mengakui penguasaan TI para hakim, pegawai, dan tenaga honor di peradilan agama.

Untuk pengembangan SDM peradilan agama, apa gagasan yang Bapak tawarkan?

Pertama, kumpulkan hakim pintar di tempat yang besar sehingga menjadi sapu lidi, bersatu dan pendekatan untuk menuju perubahan. Selama ini, hakim-hakim pintar dan cerdas disimpan di daerah terpencil, akibatnya mereka tidak bisa kuliah, tidak mampu beli buku karena jauh ke kota, akses internet lambat dan koranpun jarang sampai karena wilayah perbatasan sulit dimasuki. Dengan dikumpulkan dan didekatkan mereka ke kota, pengembangan SDM di Badilag bisa maju pada masa mendatang.

Bagaimana agar aparatur peradilan agama bermanfaat bagi masyarakat?

Hemat saya, ada beberapa tahapan yang harus kita lakukan. Pertama, aparatur peradilan agama, baik dia hakim, panitera, pegawai haruslah membumi, jangan melangit. Dalam istilah Pak Quraish Shihab itu 'Membumikan al-Quran'. Begitu juga dengan kita. Marilah membumikan peradilan agama di tengah masyarakat sehingga peradilan agama dan aparatur yang bekerja di dalamnya bisa dikenal, diajak, dan bermanfaat.

Kedua, lakukan pendekatan dengan masyarakat, lembaga pemerintah daerah, melalui olahraga, baik tenis, badminton, futsal, atau olahraga lainnya. Kalau tidak bisa, ya belajar.

Sejauh ini, bagaimana yang Bapak lihat?

Saya melihat sudah mulai maju. Aparatur peradilan agama sudah banyak yang membumi. Mereka bisa diterima oleh Pemda dengan menjadi Muspida; bergabung di MUI, Dewan Masjid, dan ICMI. Walaupun masih ada juga yang ekslusif dan tidak percaya diri, lambat laun saya yakin arahnya menuju perubahan.

Berbicara tentang perubahan, bagaimana memulainya?

Saya menginginkan 'membumi' jangan 'melangit' untuk menjadikan aparatur peradilan agama tidak eksklusif dan tidak percaya diri; tidak menjadikan PA seperti 'kamar dalam kamar'.

Saya sendiri sejak hakim biasa sampai menjadi hakim agung tidak pernah mengubah kebiasaan saya, bergaul dan dekat dengan kawan-kawan. Sekarang saya dekat dengan kawan-kawan hakim agung, askor, asisten, pimpinan PTA, bahkan hakim PA. Hal itu saya lakukan untuk mencontohkan supaya kawan-kawan juga mau bergaul dengan orang lain dan tidak ekslusif.

Lalu, apa akan ada dampak ketika terlalu dekat dengan orang lain?

Oh, tidak demikian. Kita juga harus membatasi diri. Bergaul bukan berarti menjatuhkan keluhuran martabat, melainkan mengenalkan keberadaan kita kepada publik. Saya sekarang sedang dekat dengan kawan-kawan di Bank Indonesia (BI) melalui olahraga. Tujuannya agar mereka mengenal bahwa peradilan agama mempunyai kewenangan dalam bidang ekonomi syariah. Kuncinya, tetap istiqamah sebagai ulama di mata masyarakat dan hakim di mata hukum.

Sebenarnya, apa yang ingin bapak cari?

Saya tidak mencari apa-apa. Saya hanya ingin perubahan di tubuh peradilan agama. Selama ini kita mempunyai kultur yang tertutup sehingga dianggap masyarakat sebagai Peradilan Serambi Masjid. Lama-lama kita bisa menyesuaikan dengan kultur baru yang modern sehingga peradilan agama dikenal dengan peradilan modern. Dari serambi masjid menuju peradilan yang modern, itulah peradilan agama. Walaupun kita sudah dipandang modern dan maju, ciri khas kita tidak boleh hilang.

Apa pesan Pak Tuada untuk warga peradilan agama?

Saya ingin berpesan untuk warga peradilan agama, baik dia hakim, panitera, panitera pengganti, jurusita dan jurusita pengganti, dan pegawai. Pertama, SDM peradilan agama harus bagus, tidak ekslusif, berwawasan luas, dan menguasai teknis peradilan agama.

Kedua, percuma kalau pola Bindalmin dan TI bagus, namun mahkota peradilan agama yang bernama putusan tidak bermutu. Oleh karena itu selain menguasai teknis, SDM peradilan agama juga harus bagus membuat putusan atau penetapan.

Bagaimana menjadikan SDM yang bagus dalam teknis yustisial?

Perbanyak bimbingan teknis bagi tenaga peradilan agama (hakim, panitera, jurusita). Kita juga sudah banyak mengirim utusan peradilan agama ke luar negeri untuk belajar hukum ekonomi syariah, dan ini saya menilainya di ambang berhasil. Ke depan perlu dilanjutkan lagi.

Lalu, bagaimana putusan yang bagus menurut Bapak?

Putusan yang bagus menurut hemat saya, putusan yang di dalamnya ada pembaruan hukum Islam, bukan hanya copy dan paste saja, meniru dan mencontoh putusan demi putusan sebelumnya sehingga hakim tidak berfikir, menggali, dan menemukan hukum baru. Lahirnya putusan yang bermutu sebagai mahkota peradilan agama yang berisikan pembaruan hukum Islam sebagai tuntutan zaman. Hal ini masih dalam proses dan harus diteruskan dan dipengaruhi agar hakim-hakim peradilan agama mau membuat dan menciptakan putusan yang bermutu dan bagus.

(Muslim dan Alimuddin)

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice