logo web

Dipublikasikan oleh Ridwan Anwar pada on . Dilihat: 1854

In Memoriam Muhammad Nur

Selamat Jalan Pakar Mediasi
edit

Jakarta | badilag.mahkamahagung.go.id

Mendung duka menggelayuti warga peradilan. Salah satu kader terbaiknya, Muhammad Nur, meninggal dunia pada saat menjalankan tugas di Pontianak, Selasa (28/1/2020). Kabar duka itu cepat menyebar di berbagai media sosial dan sontak membuat banyak kalangan merasa terkejut.

Bukan saja karena usianya yang tergolong masih produktif. Profil almarhum yang dikenal bersahaja, tuturnya santun, murah senyum, dan memiliki hubungan baik kepada siapapun, membuat orang yang mengenalnya sedih kehilangan. Lebih dari itu, yang tak luput dari memori ingatan ialah dedikasinya yang luar biasa untuk kemajuan lembaga. Sehingga, keluhan sakit yang ia derita seolah tak terasa lagi dikalahkan oleh semangatnya yang tinggi dalam membaktikan diri sepenuh hati untuk Mahkamah Agung (MA).

Muhammad Nur di mata teman sejawat begitu memikat, tanpa cacat, dan sulit dilupakan. Asep Nursobah, hakim yustisial di Kepaniteraan MA, misalnya, memberi kesaksian di laman facebook-nya bahwa almarhum adalah sosok sahabat yang sangat baik. Kiprahnya untuk lembaga tak diragukan. Kehadirannya sebagai hakim yustisial di Biro Hukum dan Humas MA banyak memberikan warna positif dalam pengembangan website MA. Jejak digital berita yang sering ia tulis di website MA begitu khas dan informatif.

Kekhasan pemilihan diksi dan cara penyajian berita yang menjadi karakter di setiap tulisannya itu tidak lepas dari latar belakang almarhum yang pernah malang melintang sebagai jurnalis. Almarhum pernah menuturkan dahulu rajin melakukan reportase ke wilayah Kalimantan dan daerah lain, “menguliti” persoalan dampak tambang yang acap jadi problem pelik bagi kelestarian lingkungan. Hingga akhirnya nasib mengantarkannya menjadi hakim Peradilan Agama.

Tak hanya piawai dalam dunia menulis, Muhammad Nur juga cakap berbicara di depan umum. Gaya bicaranya sistematis, bernas, mudah dipahami, dan tak kering dari unsur humor. Ketika pertama kali bergabung dalam tim Majalah Peradilan Agama pada 2013, tim redaktur majalah tak sukar menandai gaya bicara almarhum ketika rapat pembahasan konten. Bahasa lugas, berbobot, kaya referensi, dan memiliki perspektif yang luas. Maka itu, almarhum dalam beberapa edisi acap dipercaya mengasuh rubrik manca negara, karena memang wawasan keilmuannya cukup luas.

Pada 2018 intensitas perjumpaan almarhum dengan tim Majalah Peradilan Agama mulai berkurang. Semua itu dimaklumi karena Muhammad Nur hari-hari sangat sibuk lantaran dipercaya sebagai asisten Sekretaris MA. Kendati demikian ia tak pernah lupa dengan majalah yang telah membesarkannya. Ia tetap mengirim naskah yang menjadi tugasnya, meski secara fisik tak bersua dalam forum istimewa pertemuan redaktur.

Majalah Peradilan Agama ibarat kawah candradimuka. Selain sebagai media informasi seputar Peradilan Agama, juga menjadi media mengasah diri dalam berdiskusi, menerima pendapat berbeda, menulis dengan baik dan bernas, dan yang terpenting ialah merangsang untuk lebih banyak membaca. Maka wajar ketika Muhammad Nur berkantor di Jalan Merdeka Utara, pekerjaan berat menantinya, antara lain mengawal Majalah Mahkamah Agung, website MA, dan setumpuk pekerjaan penting lainnya. Baginya, tak sulit karena ia sebelumnya telah matang dalam urusan seperti itu.

Kecakapan berbicara dan kepiawaian menulis dari sosok Muhammad Nur makin paripurna karena ditunjang kemampuan bahasa Inggris dan bahasa Arab yang baik. Berkat kemampuannya berbahasa asing, pada 2009 ia terpilih sebagai salah seorang editor konten website Badilag versi bahasa Inggris, sesuai surat Dirjen Badilag Nomor 3436/DjA.2/OT.OO/VII/2009. Semua bakat dan keterampilan yang dimiliki Muhammad Nur tersebut mengantarkannya sebagai pribadi yang luwes dan diterima banyak kalangan.

Satu hal lain yang patut dicontoh dari Muhammad Nur ialah keuletannya menekuni spesialisasi bidang keilmuan. Sebagaimana diketahui almarhum sangat aktif menekuni ilmu dan praktik mediasi di pengadilan. Karena keahliannya ia menjadi salah satu anggota Kelompok Kerja (Pokja) Mediasi MA. Malang melintang dalam dunia mediasi membuat almarhum dibutuhkan banyak orang. Mulai dari kalangan kampus, pusat mediasi nasional, Pusdiklat MA, dan jejaring lainnya mempercayakan untuk mengisi pelatihan mediator.

Keseriusannya sebagai mentor dalam setiap kegiatan sertifikasi bagi mediator non-hakim maupun mediator dari kalangan hakim membuat nama Muhammad Nur makin berkilau. Bahkan tak jarang orang menahbiskan almarhum sebagai pakar mediasi. Itu semua berkat kepakaran dan keikhlasannya dalam menularkan ilmu yang dimiliki. Demi memudahkan transfer keilmuan, tak sedikit ia menorehkan beberapa buku praktis maupun makalah yang berisi teknik menjadi mediator ulung.

Kini, pakar mediasi yang santun dan bersahaja itu telah pergi untuk selama-lamanya. Jika puncak tertinggi hukum adalah perdamaian, maka ilmu tentang perdamaian dalam sengketa yang almarhum tularkan itu sejatinya mengajarkan kita untuk selalu berdamai: kepada diri sendiri dan orang lain. Termasuk kedamaian dalam menjemput kematian.

Atas nama Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama mengucapkan bela sungkawa. Semoga almarhum husnul khotimah. Keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Dan, kita bisa meneladani ketekunan dan keikhlasan almarhum dalam membaktikan usianya untuk jalan kebaikan [Achmad Fauzi/Hirpan Hilmi].

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice