Ditjen Badilag Laksanakan Webinar Internasional Melibatkan 3 Negara, Optimalkan Perlindungan Pemenuhan Hak Mantan Isteri dan Anak Pasca Perceraian
Jakarta 19 Maret 2025, bertempat di Badilag Command Center, Gedung Sekretariat Mahkamah Agung RI, Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama melaksanakan kegiatan Webinar internasional dengan tema Praktik Perlindungan Pemenuhan Nafkah bagi Mantan Istri dan Anak Pasca Perceraian di Indonesia, Brunei Darussalam dan Malaysia. Kegiatan ini bekerjasama dengan Kamar Agama Mahkamah Agung RI, Mahkamah Syar’iyah Brunei Darussalam dan Jabatan Kehakiman Syariah Malaysia, serta didukung oleh BAPPENAS, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Yayasan PEKKA.
Kegiatan dimulai dengan laporan kegiatan yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Drs. H. Muchlis, S.H.,M.H.. Dalam laporannya, Dirjen Badilag menyampaikan latar belakang dilaksanakannya kegiatan ini dan berharap kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan Kerjasama lintas negara dalam hal peningkatan kompetensi Hakim dan aparatur peradilan serta teknis penyelesaian perkara lintas negara. Webinar ini dibuka secara daring oleh Yang Mulia Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, Prof. Dr. H. Sunarto, S.H.,M.H., sekaligus menyampaikan pidato kunci. Dalam paparannya, Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia menyambut baik dan mengapresiasi inisiatif Ditjen Badilag melaksanakan webinar internasional dalam rangka studi komparatif penerapan perlindungan hak mantan isteri dan anak pasca perceraian di Indonesia, Brunei Darussalam dan Malaysia. Ketua Mahkamah Agung RI juga menyampaikan lima terobosan hukum yang bertujuan melindungi perempuan dan anak dalam perkara perceraian. Terobosan tersebut meliputi:
Kewajiban ayah untuk membayar nafkah anak (SEMA Nomor 4 Tahun 2016).
- Pembayaran nafkah iddah, mut'ah, dan nafkah madliyah sebelum ikrar talak (SEMA Nomor 1 Tahun 2017).
- Pemberian mut'ah dan nafkah iddah kepada istri dalam cerai gugat, kecuali terbukti nusyuz (SEMA Nomor 3 Tahun 2018).
- Pembayaran kewajiban suami sebelum mengambil akta cerai (SEMA Nomor 2 Tahun 2019).
- Istri dapat mengajukan sita harta suami sebagai jaminan nafkah anak (SEMA Nomor 5 Tahun 2021).
Kegiatan Webinar kemudian dilanjutkan dengan pemaparan dari ketiga narasumber dari tiga negara mengenai Praktik Perlindungan Pemenuhan Nafkah Bagi Mantan Isteri dan Anak Pasca Perceraian di Indonesia, Brunei Darussalam, dan Malaysia. Bertindak selaku moderator, Direktur Pembinaan Tenaga Teknis Ditjen Badilag Bapak Dr. H. Candra Boy Seroza, S.Ag.,M.Ag. yang mengantar pada sesi pertama pemaparan dari YM Ketua Muda Agama Mahkamah Agung Republik Indonesia, Dr. H. Yasardin, S.H.,M.Hum. Dalam pemaparannya, Tuada Agama Mahkamah Agung RI menjelaskan kendala-kendala serta terobosan yang telah diupayakan oleh Mahkamah Agung RI dalam hal pemenuhan hak mantan isteri dan anak pasca perceraian hingga dinamika praktik pemenuhan nafkah mantan isteri dan anak para peradilan agama di Indonesia, “dibutuhkan adanya penerbitan undang-undang atau Peraturan Pemerintah terkait jaminan perlindungan hak-hak perempuan dan anak pasca perceraian, sehingga pelaksanaan putusan pengadilan terkait pembebanan nafkah mantan isteri dan anak pasca perceraian dapat berjalan lebih optimal” tegasnya.
Penyampaian materi berikutnya diberikan oleh Yang Mulia Tuan Pangeran Mohammaddin bin Pangeran Haji Aliakbar, Pemangku Ketua Pendaftar Mahkamah Rayuan Syariah Brunei Darussalam. Beliau dalam presentasinya menjelaskan tentang pengalaman Mahkamah Syariah negara Brunei Darussalam dalam melaksanakan hak-hak yang diberikan untuk melindungi mantan isteri dan anak-anak selepas perceraian, bagaimana penerapan norma dalam Akta Undang-Undang Keluarga Islam Brunei Darussalam Ketentuan nomor 217, “Jika bekas suami gagal menunaikan kewajipan, mekanisme perundangan seperti pendakwaan, potongan gaji, dan penyitaan harta boleh dikuatkuasakan” pungkasnya. Dalam hal perlindungan pemenuhan nafkah mantan isteri dan anak di negara Malaysia memiliki sistem yang berbeda dengan kedua negara sebelumnya. Pengaturan hukum nafkah di Malaysia diatur dalam Akta undang-undang keluarga islam 1984 atau yang biasa disebut Akta 303 dan juga diatur dalam undang-undang negeri berkaitan nafkah. Lebih lanjut, beliau memaparkan peruntukan nafkah dalam akta 303, yakni:
- Seksyen 59 tentang nafkah isteri semasa iddah
- Seksyen 72 tentang nafkah anak selepas perceraian
- Seksyen 73 tentang kuasa mahkamah menetapkan nafkah kanak-kanak
- Seksyen 74-79 tentang perincian hak nafkah dan tanggungjawab bapak.
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Sebagai upaya optimalisasi penyampaian narasumber dari ketiga negara tersebut, ditjen badilag juga turut menghadirkan secara daring dan luring, penanggap dari pakar hukum, Kemeterian terkait dan mitra CSO, yaitu Prof. Dr. H. Amran Suadi, S.H.,M.H.,M.M. Ketua Kamar Agama Mahkamah Agung RI periode 2017 - 2018, Bapak R.M. Dewo Broto Joko P., S.H., LL.M., Direktur Hukum dan Regulasi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), ibu Eko Novi Ariyanti R.D. Asisten Deputi Koordinasi Pemenuhan Hak Anak Wilayah II Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), dan ibu Fitria Villa Sahara, dari Yayasan PEKKA.
![]() |
![]() |
Acara berikutnya dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dengan peserta dari para Hakim dan aparatur peradilan agama seluruh Indonesia, Hakim dan pegawai pada Mahkamah Syariah Brunei Darussalam, serta Hakim dan pegawai pada Mahkamah Syariah Malaysia, juga serikat PEKKA seluruh Indonesia. Para peserta daring sangat antusias berbagi dan bertanya mengenai praktik penerapan perlindungan pemenuhan nafkah mantan isteri dan anak di tiga negara tersebut.
Webinar yang berlangsung dengan hangat dan penuh keakraban ini diakhiri dengan sesi penyerahan sertifikat dan cinderamata kepada para narasumber serta foto bersama. (YH)