logo web

Dipublikasikan oleh Hermansyah pada on . Dilihat: 5721

“Orang mengejar karir itu bisa lewat dua cara: lewat prestasi dan lewat pendekatan,” kata Dirjen Badilag. Menurutnya, cara yang kedua itu kurang tepat.

Dirjen Badilag menjadikan dirinya sebagai contoh. Tanpa bermaksud sombong, ia bercerita bahwa sejak meniti karir di peradilan agama, ia sudah akrab dengan prestasi.

“Hampir tiap pelatihan, saya ranking satu,” ungkap pejabat eselon I yang pernah jadi pembantu rektor I di Unmuh Ponorogo itu.

Ketika menjalani pendidikan calon hakim, mantan Panitera/Sekretaris PA Kodya Madiun itupun berhasil meraih peringkat satu dari 200 peserta.

Namun setelah itu karirnya tak langsung mulus. Di saat teman-temannya yang masuk 10 besar ditempatkan di PA Kelas IA, ia malah ditempatkan di PA Kelas IB, tepatnya di PA Kodya Kediri.

Sempat kecewa, di kemudian hari ia malah bersyukur, sebab mendapatkan hikmah tersembunyi. Tidak lama bertugas di PA Kodya Kediri, ia diangkat jadi Plt Wakil Ketua PA. Itu karena golongan/ruang-nya sudah III/d, sementara pangkat rekan-rekannya sesama hakim di sana masih di bawahnya.

Dari PA Kodya Kediri, pejabat yang lahir di Pacitan pada 29 September 1954 itu kemudian dipindah ke PA Blitar dan PA Banyuwangi. Di dua PA tersebut, jabatannya Wakil Ketua.

Setelah itu, karirnya terus menanjak, yaitu menjadi orang nomor satu di tiga PA yang berbeda: PA Probolinggo, PA Tuban dan PA Jakarta Barat.

“Ketika saya ke Tuban dan Jakarta Barat, teman-teman saya masih ada yang jadi hakim biasa,” tutur pejabat yang memulai karirnya sebagai panitera pengganti itu.

Karena sekarang sistem promosi dan mutasi hakim di lingkungan peradilan agama sudah lebih tertata, ada kebijakan untuk memberi reward kepada peserta diklat calon hakim yang berhasil meraih ranking 1 sampai 5.

“Untuk alumni diklat cakim ranking 1 sampai 5, kasarannya sekarang ini boleh milih tempat. Asalkan tidak di tempat asalnya,” ia menegaskan.

Jangan pilih-pilih

Kepada 60-an alumni diklat cakim peradilan agama tahun 1994 yang mengikuti reuni, Dirjen Badilag mengingatkan bahwa jumlah jabatan yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah hakim yang ada. “Jumlah PA kita hanya 359, sementara jumlah hakim kita 3000-an,” bebernya.

Karena itu, agar terpilih menjadi pimpinan PA, para hakim harus menunjukkan prestasinya. Selain itu, mereka juga tidak boleh pilih-pilih.

“Teman-teman ini kader ke depan. Kalau diangkat jadi pimpinan, Ketua atau Wakil Ketua PA, jangan pilih-pilih. Langsung dijalani. Umpamanya Saudara jadi hakim PA kelas IB, diangkat jadi Ketua di PA Maumere, berangkat saja,” kata Dirjen Badilag. PA Maumere berada di wilayah yurisdiksi PTA Kupang.

Dirjen Badilag memberi contoh. Saat di wilayah Ambon terjadi konflik, tidak ada yang bersedia jadi pimpinan di sana. Kemudian dimintalah Drs. H. Razak Pellu, S.H., M.H. untuk jadi Ketua PA Kelas IA Ambon, padahal sebelumnya ia hanya Wakil Ketua PA Kelas IB. Usianya pun masih muda. Ia adalah peserta diklat cakim peradilan agama tahun 1994.

“Ternyata Pak Pellu mau. Sekarang, ketika teman-temannya masih jadi Ketua, Wakil Ketua, bahkan hakim biasa, Pak Pellu sudah jadi hakim tinggi. Sekarang ditempatkan di PTA Surabaya,” kata Dirjen Badilag.

Dirjen Badilag menegaskan, sekarang seluruh hakim harus berputar. Setelah periode promosi dan mutasi kemarin, para hakim angkatan 2010 yang akan diputar. Berikutnya angkatan 2011, 2012, dan begitu seterusnya.

“Sekarang nggak bisa sembunyi. Semakin tidak mau, semakin mengelak, akan dipindah ke tempat jauh,” seloroh Dirjen Badilag, yang disambut tepuk tangan para peserta reuni.

Dirjen Badilag mengingatkan bahwa Indonesia bukan hanya Jawa. “Papua juga termasuk Indonesia,” tandasnya.

Pimpinan MA menghendaki agar yang bertugas di Jawa bukan hanya orang-orang Jawa, tapi juga orang-orang dari dari wilayah lain di Indonesia.

Tanda-tanda zaman

Reuni kali ini merupakan yang pertama bagi peserta diklat cakim tahun 1994. Secara keseluruhan, ada 468 orang yang mengikuti diklat itu.

Mereka menjalani diklat di dua tempat berbeda selama setahun. Sebanyak 308 orang mengikuti diklat di IAIN Jakarta dan 160 orang lainnya mengikuti diklat di IAIN Bandung.

Mewakili rekan-rekannya, Drs. Slamet Turhamun, M.H., yang menjadi ketua panitia reuni mengucapkan terima kasih kepada Dirjen Badilag yang berkenan hadir dan memberi wejangan berharga.

“Apa yang beliau sampaikan sungguh sangat penting buat kita. Orang yang sukses adalah orang yang pandai membaca tanda-tanda zaman. Dan beliau sudah menyampaikan tanda-tanda zaman itu kepada kita,” kata Slamet.

Di ujung acara yang berakhir lewat tengah malam, Slamet berharap agar reuni seperti ini bisa digelar lagi pada waktu-waktu yang akan datang.

“Dan mari kita berdoa semoga Pak Dirjen berhasil menjadi hakim agung,” ucap Slamet, yang langsung diaminkan oleh rekan-rekannya.

[hermansyah]

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice