logo web

Dipublikasikan oleh Abdul Rahman pada on . Dilihat: 1343

Budayakan Literasi, Badilag Adakan Webinar Penulisan Bagi Hakim-Hakim Muda Peradilan Agama

image002
Dirjen Badilag memberikan arahan pentingnya mengembangkan budaya literasi di lingkungan peradilan agama

Pada hari jum’at yang lalu (26/06/2020), sebanyak 307 peserta yang terdiri dari hakim dan aparatur peradilan agama mengambil bagian dari kegiatan yang diadakan Tim Redaktur Majalah Badilag. Kegiatan dengan tema “Kiat Menulis Berkualitas” ini diadakan untuk membudayakan literasi di lingkungan peradilan agama sekaligus menjaring hakim-hakim dan aparatur peradilan yang mempunyai kemampuan ataupun minat dalam menulis.  

Dikemas dalam acara webinar, pelatihan ini menghadirkan Dirjen Badilag, Dr. Drs. Aco Nur, S.H., M.H. sebagai Keynote Speaker danSekretaris Ditjen Badilag, Drs. Arief Hidayat, M.M. sebagai narasumber utama. Selain itu, empat redaktur majalah peradilan agama memberikan materi terkait kepenulisan, yaitu Achmad Cholil, S.H., LLM., Rahmat Arijaya, S.Ag., M.Ag., Ahmad Fausi, S.H.I. dan Ade Firman Fathony, S,H.I., M.H., dan dimoderatori Abdul Halim, S.H.I., M.H.Li. hakim yustisial yang juga merupakan redaktur pelaksana majalah peradilan agama.

Dalam sambutannya, Dirjen Badilag menyatakan apresiasinya setelah melihat antusiasme peserta untuk mengikuti kegiatan ini. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka membuka ruang bagi hakim-hakim untuk mengasah kemampuan dan saling berdiskusi satu sama lainnya untuk membuka dan menambah wawasan. “untuk menjadi hakim yang profesional, sudah barang tentu harus mau belajar untuk menguasai kemampuan hukum materil dan hukum formil, dengan penguasaan yang baik dengan sendirinya akan menghasilkan putusan yang memenuhi nilai kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan.” Ungkapnya. Selain itu, ia juga mendorong agar hakim-hakim muda untuk mengasah kemampuan dalam tulis menulis.

Sesditjen Badilag, Arief Hidayat sebagai pemateri utama pelatihan ini mengatakan, tujuan dari dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk menjaring penulis-penulis muda di lingkungan peradilan agama agar terkoneksi dengan generasi sebelumnya yang sudah mempunyai pengalaman yang lebih banyak untuk dibagi. Selain itu, acara seperti ini juga dapat menjadi forum untuk memperkenalkan majalah yang dimiliki badilag kepada generasi baru, mendekatkan tim redaktur majalah kepada warga peradilan, serta menggugah semangat hakim-hakim baru dan warga peradilan agama untuk menulis, selain itu acara ini murpakan rangkaian proses perekrutan calon anggota redaktur baru untuk majalah badilag.

Setelah pembukaan dari Dirjen Badilag dan materi utama yang disampaikan SesDitjen Badilag, acara kemudian dilanjutkan ke pendalaman materi. Sesi ini menghadirkan 4 redaktur majalah badilag sebagai pembicara.

image004Pimpinan Ditjen Badilag mengikuti jalannya Webinar

Sebagai pemateri pertama, Ahamad Cholil berbicara tentang sejarah, konsepsi dan perkembangan majalah peradilan agama sejak pertama kali di terbitkan sampai saat ini. Cholil, yang juga pemimpin redaksi pertama majalah badilag menceritakan awal mula terbitnya majalah ini pada tahun 2013 dengan dasar pemikiran tentang perlunya sebuah media yang dapat menjadi saluran bagi hakim-hakim dan aparatur peradilan agama dalam bidang kepenulisan terkait tentang tugas pokok dan fungsi serta perkembangan peradilan agama. Menurutnya, konsep majalah peradilan agama didesain sebagai sebuah majalah semi jurnal ilmiah, sehingga selain memuat berita dan peristiwa yang terjadi di seputar peradilan agama, juga terdapat rubrik-rubrik yang secara serius mengulas permasalahan hukum formil maupun hukum materil. “Ciri khas majalah peradilan agama ini mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak, dan sebaiknya hal ini terus kita pertahankan”, ungkap hakim yustisial yang saat ini bertugas sebagai asisten hakim agung ini.

Menyambung paparan dari pembicara sebelumnya, Rahmat Arijaya membawakan slide presentasi dengan tema Pengelolaan Publikasi Lembaga, dalam paparannya Rahmat yang saat ini bertugas sebagai Ketua Pengadilan Agama Pasir Pangaraian ini menekankan pentingnya publikasi bagi sebuah lembaga untuk mensosialisasikan dan memberitakan profil dan capaian lembaga itu sendiri. Publikasi untuk sebuah lembaga harus dikerjakan dengan serius dan ditopang oleh tim yang solid, oleh karenanya Rahmat menekankan pentingnya kerjasama dalam tim publikasi sebuah lembaga. “jika kita ingin membangun sebuh tim penulisan yang solid, kemudian dihadapkan pada dua pilihan, pertama, seseorang yang sangat pandai menulis namun dia kurang bisa bekerjasama, dan kedua, seseorang yang bisa menulis namun kemampuannya tidak luar biasa, tapi iya bisa bekerja sama, maka orang kedua yang harus ditarik sebagai anggota tim” demikian Rahmat memberikan ilustrasi.

image006Pembicara Utama dan Moderator

Ade Firman Fathony tampil sebagai pembicara ketiga, Ade memberikan materi tentang Langkah-Langkah Dasar Membuat Tulisan. “Ada banyak literatur how to bisa kita baca tentang keterampilan menulis, dan mayoritas dari literatur tersebut hanya memberikan 3 syarat dasar untuk menjadi seorang penulis, yaitu: mulai menulis!,…mulai menulis!…mulai menulis!.” Demikian ungkap Ade yang saat ini bertugas sebagai hakim Pengadilan Agama Tanggamus ini membuka diskusi. Paparan kemudian difokuskan pada hal-hal yang perlu diperhatikan untuk membuat suatu tulisan yang baik. Ade mekankan tentang pentingnya banyak membaca, berlatih menulis singkat, menulis untuk diri sendiri, memahami pembaca, konsisten dan konsekuen, melakukan riset, menulis apa yang diketahui, mengevaluasi tulisan dan menciptakan suasana menulis yang nyaman.

Sebagai pembicara pamungkas, Achmad Fausi, hakim Pengadilan Agama Kota Banjar memberikan tips dan pengalamannya dalam sesi Menulis di Media Masa. Menurut Fausi ada dua “rukun iman” untuk jadi seorang penulis handal: Gigih dan tekun serta Bernyali tinggi. “Tulisan adalah corak berfikir kita yang idealismenya tidak bisa runtuh oleh tajamnya pedang, uang, jabatan, atau pesanan sponsor. Maka itu, ketika naskah kita ditolak media, sesungguhnya konsistensi berfikir dan idealisme kita dalam memperjuangkan gagasan sedang diuji. Terus menulis dengan gigih. Jangan lekas patah arang.” Ungkapnya penuh keyakinan. Fausi juga menekankan tentang pentingnya keberanian dalam menulis, menurutnya menjadi penulis bukan sekedar bicara tentang wawasan dan kepiawaian menuangkan ide, tapi juga soal nyali, penulis tak jarang mendapat intimidasi, pembredelan atau bahkan jabatan menjadi taruhannya, oleh karenannya tulisan harus bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya dan penulis harus punya keberanian untuk mempertahankannya.

image008
Tim redaksi majalah peradilan agama

Webinar “Kiat Menulis Berkualitas” ini berlangsung selama 3 jam lebih. Banyak tanggapan dan pertanyaan datang dari peserta dan langsung dijawab dengan tuntas oleh pembicara. Di akhir acara, Sesditjen Badilag memberikan tugas kepada para peserta untuk membuat artikel dan resensi buku untuk dikumpulkan kepada tim redaksi. Tulisan dengan kualifikasi yang bagus akan dipertimbangkan untuk masuk menjadi tim redaksi.

Melihat antusiasme peserta, Tim redaksi majalah badilag akan menyelenggarakan lagi webinar pelatihan menulis sesi 2 yang akan dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 10 Juli 2020 yang akan datang. (ahb)

 

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice