Sang Sultan Dan Cincin Emas
Oleh: Abdul Manaf
Suatu masa adalah seorang Sultan mengalamai rasa galau luar biasa. Kekuasaan yang ada dalam genggamannya tak mampu membuatnya bahagia. Dia merasa hidupnya labil. Dia mendambakan adanya nasihat yang mengingatkannya di kala suka, agar tidak lupa diri, dan nasihat yang menghiburnya di kala duka, agar tidak putus asa.
Dia panggil seorang yang terkenal bijak di negerinya untuk datang ke istana. “Pak Bijak aku menginginkan suatu benda yang dapat membuatku gembira di kala duka, dan sekaligus dapat membuatku sedih di kala suka.”
Pak Bijak tercenung beberapa saat, dia memikirkan jawaban untuk permintaan yang cukup pelik dari Sang Sultan.
“Baiklah Tuanku, berikan kepada saya cincin yang Paduka kenakan saat ini.” Pinta Pak Bijak.
Dan cincin emas itupun diserahkan oleh Sultan kepada Pak Bijak. Dia berpikir cincin tersebut akan dibacakan mantra ruqyah oleh Pak Bijak agar bertuah seperti yang dia inginkan semula. Tetapi pak bijak pergi ke tukang gravir istana agar dituliskan kata-kata “Segala Sesuatu Akan Binasa”.
Setelah selesai cincin itu diserahkan kembali kepada Sultan. Ternyata kata-kata tersebut sangat mengena di hati Sultan. Sultan tersadar dan bertekad untuk berubah, berpindah, berhijrah dari mengejar kesenangan dunia menuju kesenangan akhirat. Berhijrah dari kesedihan karena kehilangan materi duniawi, menuju kesedihan karena kehilangan amal ukhrowi.
Kita sebagai manusia boleh saja merasa senang dengan materi, merasa senang dengan isteri atau suami, tetapi kita harus merasa lebih senang lagi saat berasyik ma’syuk dalam doa dan munajat kepada Sang Ilahi Rabbi.
Kita sebagai manusia boleh saja merasa sedih karena kehilangan anggota keluarga tercinta, atau kehilangan harta benda dan benda, tapi kita harus merasa lebih sedih saat kehilangan rasa syukur dan rasa ridho akan kehendak Allah yang Maha Kuasa. Allah SWT yang memberikan segala hal kepada kita, keluarga terkasih, jabatan nan penting, harta benda nan mewah, tetapi ingatlah Allah SWT bebas mengambil kembali semua yang menjadi milik-Nya, apa saja, dari siapa saja dan kapan saja.
Menyongsong Tahun Baru Islam 1438 Hijriyah, mari kita kobarkan semangat berhijrah meninggalkan perbuatan dosa dan haram, berhijrah dari maksiat kepada taat. Berhijrah dari kecewa putus asa kepada syukur dan ridha. [bm]