logo web

Dipublikasikan oleh Fakhir T. Baaj pada on . Dilihat: 130

Refleksi Hasil Rapat Tim Promosi dan Mutasi Pegawai dalam Manifestasi Pengembangan Diri

Fakhir Tashin Baaj, SH
Hakim Pratama di Pengadilan Agama Kuala Kapuas

 

Sebagai seorang Aparatur Sipil Negara, khususnya di lingkungan instansi Mahkamah Agung, pasti sudah familiar dengan hasil rapat TPM atau Tim Promosi dan Mutasi. Pola promosi dan mutasi ini diterbitkan dengan maksud untuk memperbarui pedoman yang sudah ada sebelumnya agar selaras dengan perubahan keadaan formasi pegawai di lapangan dalam optimalisasi pelayanan publik di Pengadilan maupun tuntutan adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia sejalan dengan kebijakan dicanangkannya zona integritas di Mahkamah Agung. Dalam konteks pencapaian visi Mahkamah Agung, kebijakan promosi dan mutasi ini juga digunakan sebagai pedoman untuk memperoleh kesamaan pikir, sikap dan tindakan bagi tim promosi dan mutasi dalam mengambil keputusan penempatan hakim pada empat lingkungan badan peradilan.

Berdasarkan pepatah latin "Fiat justitia ruat caelum", “Biarlah keadilan ditegakkan, meskipun langit runtuh". Semua daerah di bawah langit Indonesia membutuhkan keadilan yang sama, tanpa terkecuali. Itulah yang menjadi dasar pemerataan proses rapat TPM. Di awal proses rekrutmen, kita juga dengan sadar menandatangani di atas materai sebuah Surat Pernyataan, yang menyatakan bersedia ditempatkan di Mahkamah Agung RI dan 4 (empat) lingkungan Badan Peradilan yang berada di bawahnya. Sehingga takdir penempatan ini merupakan keniscayaan yang tidak bisa dibendung.

Terkait dengan hasil rapat TPM ini, setiap pegawai memiliki pendekatan masing-masing dalam menerima hasil tersebut. Bagi pegawai yang mendapatkan penempatan di homebase -atau paling tidak mendekati, pasti beribu-ribu ucap syukur diucapkan terhadap hasil tersebut. Namun bagi pegawai yang mendapatkan penempatan promosi maupun mutasi di satuan kerja yang berjarak ratusan atau bahkan ribuan kilometer dari homebase tentu saja minimal menghela nafas panjang sambil membayangkan segala kemungkinan konsekuensi yang akan diterima. Fenomena ini nyaris selalu terlihat pada saat hasil rapat TPM diumumkan.

Terhadap hal ini, saya jadi teringat sebuah hikayat yang berasal dari cerita rakyat Sufi dan Ibrani dengan tajuk “Cincin Solomon”.

Suatu hari Solomon memutuskan untuk mengusili Benaiah Ben Yehoyada, menterinya yang paling terpercaya. Ia berkata kepadanya, "Benaiah, ada cincin tertentu yang ingin saya minta Anda mencarikannya. Saya ingin memakainya untuk Sukkot yang memberi Anda waktu enam bulan untuk menemukannya."

"Jika cincin itu ada di mana pun di bumi, Yang Mulia, pasti akan saya bawakan" jawab Benaiah.

"Saya akan menemukannya dan membawanya kepada Anda, tetapi apa yang membuat cincin itu begitu istimewa?" “Cincin itu harus punya kekuatan ajaib,” jawab sang raja. “Jika orang yang bahagia melihatnya, ia akan sedih, dan jika orang yang sedih melihatnya, ia akan senang.” Solomon tahu bahwa cincin seperti itu tidak ada di dunia, tetapi ia ingin memberi menterinya sedikit rasa kerendahan hati.

Musim semi berlalu dan kemudian musim panas, dan Benaiah masih tidak tahu di mana ia bisa menemukan cincin itu. Pada malam sebelum Sukkot, ia memutuskan untuk berjalan-jalan di salah satu tempat termiskin di Yerusalem. Ia melewati seorang pedagang yang mulai menata barang dagangan hari itu di atas karpet lusuh. “Pernahkah Anda mendengar tentang cincin ajaib yang membuat pemakainya yang bahagia melupakan kegembiraannya dan pemakai yang patah hati melupakan kesedihannya?” tanya Benaiah.

Ia melihat sang kakek mengambil sebuah cincin emas polos dari karpetnya dan mengukir sesuatu di atasnya. Ketika Benaiah membaca kata-kata pada cincin itu, wajahnya tersenyum lebar. Malam itu seluruh kota menyambut hari raya Sukkot dengan pesta besar.

"Baiklah, kawanku," kata Solomon, "apakah kau sudah menemukan apa yang kukirimkan kepadamu?" Semua menteri tertawa dan Solomon sendiri tersenyum. Yang mengejutkan semua orang, Benaiah mengangkat sebuah cincin emas kecil dan berkata, "Ini dia, Yang Mulia!" Begitu Solomon membaca tulisan itu, senyumnya lenyap dari wajahnya. Si tukang perhiasan telah menulis dengan bahasa Ibrani pada cincin emas itu dengan kata-kata "Gam zeh ya'avor" — "Ini pun akan berlalu."

Pada saat itu Solomon menyadari bahwa semua kebijaksanaannya, kekayaannya yang luar biasa, dan kekuatannya yang luar biasa hanyalah hal-hal yang cepat berlalu, karena suatu hari ia tidak akan lebih dari sekadar debu.

Berdasarkan hikayat tersebut, kita semua harus dapat memahami bahwa apapun hasil rapat TPM membawa kita pergi, baik itu membuat kita senang karena sesuai dengan harapan ataupun membuat kita sedih karna di luar ekspektasi kita, kita harus memahami bahwa sebagaimana semua karunia dan cobaan, kesenangan dan kesedihan kita atas hasil rapat TPM-pun akan berlalu. Untuk itu, ada baiknya masa-masa setelah hasil rapat TPM keluar kita gunakan sebagai refleksi diri untuk menjadi lebih baik dan lebih berguna di tempat yang baru. Ikhlas adalah kuncinya -walaupun sulit. Di jari-jari kita harus ada ‘Cincin Solomon’ tak kasat mata yang selalu mengingatkan kita bahwa kesenangan dan kesedihan kita terhadap sesuatu pasti akan berlalu.

Wabil khusus kepada para pegawai yang bersedih karena hasil rapat TPM tidak sesuai dengan harapan atau ekspektasi, tentu sekadar anjuran untuk ikhlas atau sabar tidak serta membuat semuanya menjadi baik-baik saja. Acceptance atau penerimaan merupakan hal yang sulit. Dalam teori Five Stages Of Grief (Lima Tahapan Bersedih) yang ditulis oleh Elisabeth Kübler-Ross menyebutkan bahwa acceptance atau penerimaan merupakan tahapan terakhir dari kesedihan. Sebelum mencapai penerimaan (acceptance) harus melewati terlebih dahulu tahapan penyangkalan (denial), kemarahan (anger), tawar-menawar (bargaining), dan depresi (depression). Setiap orang mungkin mengalami tahapan ini dengan cara dan waktu yang berbeda-beda. Kita harus menanamkan sebuah manifestasi kepada diri bahwa satuan kerja yang baru adalah yang terbaik dari Tuhan dan belum tentu dengan ditempatkan di tempat lain akan menghasilkan versi diri kita yang lebih baik dari yang seharunya. 

Seorang guru sufi bernama Syaikh Ahmad ibn Muhammad ibn Atha’illah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam-nya yang termashyur memberikan hikmah yang salah satunya adalah:

 لا تَطْلُبْ مِنْهُ أَن يُخْرِجَكَ مِنْ حالةٍ لِيَسْتَعْمِلَكَ فيما سِواها. فَلَوْ أَرادَ لاسْتَعْمَلَكَ مِنْ غَيْرِ إِخْراجٍ.

Artinya: “Janganlah kamu meminta kepada Allah supaya dipindah dari suatu hal kepada hal yang lain, sebab sekiranya Allah menghendakinya tentu telah memindahmu, tanpa mengubah keadaanmu yang lama.”

Dalam hal hasil rapat TPM, sebagai seorang hamba Allah ada baiknya kita tidak meminta kepada Allah untuk memindahkan kita dari satuan kerja satu ke satuan kerja yang lain. Kita harus senantiasa mengimani bahwa Allah melalui takdir-Nya yang menempatkan kita pada suatu satuan kerja tertentu pasti ada hikmah dan alasan di baliknya. Dan hikmah dan alasan itu merupakan hak prerogatif Allah, sehingga kita tidak perlu terlalu sibuk untuk mencarinya. Dengan menjalankan semuanya sebaik dan semaksimal mungkin, menurut saya sudah lebih dari cukup.

Dalam hikayat lain disebutkan ada seorang yang shalih yang  biasa bekerja dan beribadat, dalam lamunannya Ia bermunajat: “andaikan aku bisa mendapatkan dua potong roti setiap hari tanpa melakukan apapun, niscaya aku tidak usah bekerja dan dapat selalu beribadat kepada Allah.” Seketika itu juga ia dituduh melakukan tindakan kriminal dan karenanya ia harus masuk penjara. Sesuai doanya, tiap hari di dalam penjara menerima dua potong roti dari para sipir. Kemudian setelah beberapa lama ia menderita dalam penjara, ia berpikir tentang ijabah Allah, “Engkau minta dua potong roti dan tidak minta selamat, maka Kami (Allah) memberi permintaanmu”. Maka setelah itu pula pintu penjara terbuka dan dilepas dari penjara.

Sebagaimana yang telah saya sebutkan sebelumnya bahwa Allah menjadikan manusia dengan segala hajat kebutuhannya masing-masing, sehingga tidak usah manusia kuatir atau ragu atau jemu terhadap suatu pemberian Allah, meskipun berbentuk penderitaan atau bahkan kenikmatan. Akan tetapi harus kita tanamkan bahwa penderitaan dan kenikmatan dalam wujud hasil rapat TPM, itu pun akan berlalu.

 

Kuala Kapuas, 16 Juli 2025

 

 

 

Fakhir Tashin Baaj

Add comment

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice