Ramadhan dan Ironisme (Perilaku) Kita
Oleh: H. Asmu’i Syarkowi
(Hakim Tinggi PTA Jayapura)
Dalam ‘tausiahnya’ seorang ustadz mengkritik perilaku kebanyakan umat Islam yang menjadikan bukan Ramadhan justru menjadi bulan boros.. Bulan suci yang mestinya diisi dengan gairah ibadah yang semakin meningkat ini justru dipenuhi dengan sejumlah keinginan memenuhi nafsu kebutuhan yang justru tidak terjadi 11 bulan lainnya. Beliau pun mencontohkan kebiasaan lain dalam memenuhi hidangan buka. Hal sederhana yang yang ia contohkan adalah ketika masuk waktu berbuka puasa. Aneka menu takjil buka puasa dihidangkan di meja makan. Mulai dari es teh, es jus, es buah, kolak, precet, kopyor, jenang, dan aneka menu makanan lainnya. Semuanya lengkap tersaji. Menu-menu yang tak pernah ada sebelumnya, tersaji lengkap ketika Ramadan tiba. Menu buka puasa itu pun seolah menjadi ajang aksi ”balas dendam” setelah seharian tidak makan dan tidak minum, menahan lapar dan dahaga. Seperti sedang terbebas dari kekangan, bisa makan dan minum sepuasnya ketika tiba waktu berbuka. Belia pun sampai pada satu kesimpulan, bahwa pengeluaran kebutuhan hidup selama Ramadan bukannya berkurang, malahan menjadi lebih besar. Padahal, mestinya Ramadhan merupakan momentum “tirakat” dan “berhemat”.
Selengkapnya KLIK DISINI