Serunya Reuni Cakim Peradilan Agama Angkatan 1993
Para peserta reuni foto bersama dengan Ketua Kamar Peradilan Agama Dr. H. Andi Syamsu Alam
Bogor l Badilag.net
Setelah 20 tahun berlalu, para alumni pendidikan dan pelatihan calon hakim peradilan agama angkatan 1993 mengadakan reuni. Suka-duka mewarnai acara yang berlangsung di Wisma Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Asuransi (LPPA), Cisarua, Bogor, Jumat hingga Ahad (8-10/11/2013) itu.
Tiba di tempat acara pada Jumat petang, pada malam harinya mereka berkumpul di Aula Wisma LPPA, saling bertegur sapa dan melepas kangen dengan cara berbagi cerita dan bernyanyi bersama. Sabtu pagi, mengenakan kaos olahraga warna abu-abu tua, mereka berkumpul di halaman aula itu, berfoto bersama, lalu meluncur ke Taman Safari yang terletak tidak jauh dari situ.
Sabtu malam, di hadapan Ketua Kamar Peradilan Agama Dr. H. Andi Syamsu Alam dan Dirjen Badilag Drs. H. Purwosusilo, mereka memperkenalkan diri satu per satu, sekaligus menyampaikan harapan. Mereka juga menyimak pengarahan dari dua petinggi peradilan agama itu.
Mantan ketua senat diklat cakim angkatan 1993, Hasbi Hasan, sedang menyampaikan kilas balik.
“Acara ini diikuti oleh 130 orang, dari total 248 alumni diklat cakim angkatan II tahun 1993,” kata Drs. Yayan Atmaja, S.H., M.H., ketua panitia acara ini.
Berasal dari hampir seluruh wilayah di Indonesia, para alumni diklat cakim angkatan II itu sudah banyak berubah, baik dari segi fisik, penampilan, maupun jabatan.
Rata-rata berusia 45 hingga 50 tahun, sebagian dari mereka kini jadi pimpinan PA/MS kelas IB dan kelas II. Selain itu, ada pula yang jadi hakim di PA/MS kelas IA dan jadi asisten hakim agung di MA.
Ada di antara mereka yang pernah bertugas di daerah yang dilanda konflik seperti Ambon dan Sambas, sehingga nyawa mereka sempat terancam. Ada yang pernah ditempatkan di wilayah Papua selama bertahun-tahun dan sekarang dapat bertugas di tempat yang tidak jauh dari kampung halaman. Ada yang karirnya seperti obat nyamuk karena hanya berpindah-pindah tugas di satu provinsi. Ada pula yang berpindah-pindah tempat tugas demi ‘mengejar’ suami yang pindah-pindah tempat kerja juga.
Ketua panitia, Yayan Atmaja, menyampaikan laporan pelaksanaan acara ini.
Berbeda dengan 20 tahun lalu, kini seluruh alumni itu sudah punya keluarga. Ada yang hanya punya anak tunggal. Tapi ada juga yang punya anak lebih dari lima. Bahkan, ada yang sudah punya cucu.
Yang menarik, ada sepuluh pasang suami-istri yang pada mulanya bertemu dan berkenalan sewaktu diklat cakim yang diselenggarakan Departemen Agama di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ada pula di antara mereka yang sempat menjalin asmara namun akhirnya kandas sebelum pernikahan.
Di samping itu, ada pula sisi dukanya. “Beberapa saudara kita telah mendahului kita karena dipanggil oleh Allah SWT,” ujar mantan Ketua Senat pada diklat cakim angkatan II, Dr. H. Hasbi Hasan, M.H., dengan mata berkaca-kaca.
Para peserta reuni cakim peradilan agama angkatan 1993.
Ada delapan orang alumni diklat cakim angkatan II yang meninggal dunia di usia yang relatif muda. Satu di antaranya adalah Ketua PA Sungai Penuh Drs. Ana Alaili yang tutup usia beberapa hari sebelum reuni digelar.
Membuat iri
Dirjen Badilag Purwosusilo menyambut hangat acara ini. Ia bahkan mengaku iri, tentu dalam pengertian positif. “Sejak dulu di sekolah hingga jadi hakim, saya tidak pernah ikut acara reuni,” tutur Purwosusilo yang hadir bersama istri.
Dirjen Badilag berharap acara ini dapat lebih merekatkan ikatan silaturrahmi dan menularkan semangat untuk kemajuan peradilan agama.
Ketua Kamar Peradilan Agama dan Dirjen Badilag, didampingi istri masing-masing, sedang bercanda dengan peserta reuni.
Ia juga mewanti-wanti agar cinta lama tidak bersemi kembali, sebab sudah ada preseden, seorang hakim selingkuh dan diperiksa Badan Pengawasan MA gara-gara bertemu di acara alumni sekolah. “Kalau besanan, silakan. Bagus itu,” kata Purwosusilo, diiringi tepuk tangan hadirin.
[hermansyah]
.