logo web

Dipublikasikan oleh Ridwan Anwar pada on . Dilihat: 2010

Ini Petuah Ketua MA Untuk Hakim Indonesia

 “Bayangkan saja masuk Sabang di paling ujung Aceh sana, apa tidak kaget? Ada perasaan, apa saya ini dibuang atau apa. Begitu tiba di sana, hanya pohon kelapa yang kita lihat. Nyebrang pulau saja anak dan isteri saya mabuk. Bayangkan, 6 tahun saya di sana. Sudah seperti tahanan pulau. Tapi banyak hikmahnya.”

Jakarta | badilag.mahkamahagung.go.id

Pertengahan Maret 2017 yang lalu, Tim Redaksi Majalah Peradilan Agama mewawancarai Ketua Mahkamah Agung RI, YM. Prof. Dr. H. M. Hatta Ali, S.H., M.H. Wawancara yang berjalan hangat, santai dan diselingi banyak gelak tawa itu berlangsung sekitar dua jam. Dari sekitar jam 4.30 sore hingga menjelang isya.

Di sela-sela jawaban atas pertanyaan yang diajukan, ada sejumlah pesan yang disampaikan Ketua Mahkamah Agung untuk dicamkan oleh hakim dari seluruh lingkungan peradilan. Berikut ringkasannya.

 Hakim harus ‘berpolitik’

Menurut Hatta Ali, hakim-hakim sekarang memiliki satu kekurangan. Mereka tidak ‘berpolitik’ dalam menyidangkan perkara. Setiap hakim pasti mengetahui mana pihak yang kuat dan mana pihak yang lemah dalam suatu perkara. Hakim juga sudah tahu siapa yang akan menang dan siapa yang akan kalah. Tapi pengetahuan itu tidak boleh ditampakkan di hadapan para pihak yang berperkara.

“Dari banyak surat pengaduan yang masuk ke  MA, saya melihat hakim-hakim kita ini kurang ‘berpolitik’, kurang strategi dan taktik. Sikapnya mudah dibaca para pencari keadilan. Akhirnya para pihak mengadukan hakimnya yang tidak obyektif. Padahal perkara belum diputus,” kata Ketua MA.

Hatta Ali mencontohkan ketika dahulu ia memberikan hukuman mati kepada terdakwa kasus narkotika di PN Tangerang yang sekarang sudah dieksekusi mati. Terdakwa tidak pernah absen untuk menghadiri sidang. Sakit pun ia usahakan untuk hadir. “Tidak pernah saya tunjukan keberpihakan baik kepada jaksa maupun terdakwa. Padahal terdakwa ini sudah mau kita hukum mati,” kenangnya.

Jangan berhenti belajar & Temukan Inovasi

Hakim tidak boleh berhenti belajar. Tidak boleh merasa puas dengan ilmu dan pengetahuan yang sudah dimiliki. Hakim itu harus luas wawasan dan pengetahuannya. “Silahkan merasa puas dari segi materi. Tapi jangan pernah merasa puas untuk belajar,” ungkapnya.

Hatta Ali percaya bahwa inovasi dapat lahir dari kegemaran membaca dan belajar. Karena dari membaca dan belajar, banyak gagasan akan muncul. Dari gagasan itu akan tercipta inovasi. Oleh karena itu, tentunya tidak hanya ilmu hukum yang dipelajari, tapi semua pengetahuan. Terlebih bagi seorang pimpinan.

Semua pemimpin, kata Hatta Ali, harus menguasai semua ilmu terapan. Karena semua itu terkait dengan proses pembuatan kebijakan dan keputusan. Jika koleksi pengetahuan seorang pemimpin lengkap, maka kebijakan yang diambilnya akan komprehensif dan tepat sasaran. Begitu juga sebaliknya.

“Sejak dulu waktu saya hakim di PN Sabang, tiap hari saya alokasikan minimal 2 jam untuk membaca,” katanya.

Jadilah pemimpin yang diterima

Jika jadi pimpinan pengadilan, jadilah seorang pemimpin yang diterima oleh semua jajaran di kantor. Bagaimana caranya? Ya dengan menjadikan dirinya ‘lebih tinggi’ di segala aspek dari yang dipimpinnya. Lebih tinggi kualitasnya, lebih tinggi integritasnya, lebih tinggi wawasannya. Lagi-lagi, itu bisa dicapai dengan banyak belajar dan membaca. Faktor usia bukan menjadi penentu.

“Jadi pemimpin itu harus diakui dan diterima secara suka rela oleh bawahannya. Jika tidak, bagaimana pemimpin itu akan bisa menggerakan mereka untuk mencapai visi dan misi yang disepakati,” kata Ketua MA.

“Dulu saya berat sekali menjadi Ketua MA. Sebelas unsur pimpinan yang ada di bawah saya jauh lebih senior dibanding saya, dari Wakil Ketua sampai Ketua Muda. Tapi Alhamdulillah mereka menerima dan mengakui saya secara suka rela. Mereka sangat mendukung saya,” tambahnya.

Bekerja keras dan tulus ikhlas

Bekerja keras dan tulus ikhlas juga merupakan kunci sukses menurut Ketua MA. Jangan sampai ada vested interest dalam melaksanakan tugas. Kepentingan pribadi harus dikubur dalam-dalam. Kepentingan lembaga yang harus dikedepankan.

Selain itu, jika jadi pemimpin jangan mengutamakan ego. Adalah penting melibatkan semua unsur pimpinan dalam memutuskan suatu masalah. Dengan melibatkan mereka, keputusan yang diambil pun akan menjadi keputusan bersama sehingga otomatis rasa memiliki dan tanggung jawab pun akan muncul dengan sendirinya.

“Selama ini menurut penilaian banyak orang, kepemimpinan saya yang paling solid, paling rukun, paling damai. Tidak pernah ada ribut-ribut antara satu pimpinan dengan pimpinan lainnya. Itu karena saya melibatkan mereka dalam semua proses pengambilan keputusan,” kata Hatta Ali.

Jangan putus asa, harus optimis

Berkaca dari perjalanan karirnya, Hatta Ali berpesan agar para hakim jangan putus asa, jangan minder dan harus optimis. Ia mewanti-wanti agar para hakim mempersiapkan diri seolah-olah akan jadi pemimpin kelak nanti. Untuk menjadi pemimpin, banyak yang harus dipersiapkan. Harus banyak menahan diri dan menghindari hal-hal yang tidak baik. Jangan silap dengan godaan.

Hatta Ali mengenang pengalamannnya. Tidak menyangka, ia yang pertama kali ditempatkan sebagai hakim di PN Sabang yang berada di pulau paling ujung Barat Indonesia bisa menjadi Dirjen, hakim agung, Ketua Muda Pengawasan, dan kemudian Ketua Mahkamah Agung dua periode.

Padahal jangankan berpikir jadi Ketua MA, menghayal jadi Dirjen pun tidak pernah. Cita-citanya dulu hanya ingin menjadi hakim di Surabaya karena sebagai alumni Unair, ia sudah kerasan di ibukota Jawa Timur itu. Meskipun begitu, ia tidak pernah minta-minta ke pimpinan untuk mutasi ke sana. Hanya pasrah dan berdoa.

Hanya satu yang pernah ia minta waktu penugasan hakim pertama kali. Ia meminta agar jangan ditugaskan di daerah sendiri di Sulawesi Selatan. Terserah di tempatkan di mana saja, asal jangan di Sulsel, begitu pintanya. Dan benar saja, sampai ia menjadi Ketua Mahkamah Agung ia belum pernah bertugas di Sulsel. Begitu juga di Jawa Timur, belum pernah berdinas di sana.

Cintai daerah tempat tugas

Walapun bersedia ditempatkan di mana saja, asal bukan di Sulsel, tak ayal Hatta Ali shocked juga begitu tahu ia ditugaskan ke PN Sabang. Pengadilan yang terletak di daerah pulau paling ujung Sumatera, sekaligus paling ujung Barat Indonesia.

“Bayangkan saja masuk Sabang di paling ujung Aceh sana, apa tidak kaget? Ada perasaan, apa saya ini dibuang atau apa. Begitu tiba di sana, hanya pohon kelapa yang kita lihat. Nyebrang pulau saja anak dan isteri saya mabuk,” kenang Hatta Ali sambil tersenyum.

“Bayangkan, 6 tahun saya di sana. Sudah seperti tahanan pulau. Tapi banyak hikmahnya,” imbuhnya lagi

Sabang diakui Hatta Ali memberikan kesan amat mendalam dalam perjalanan tugas Kakek dua cucu ini. Enam tahun tinggal di Pulau ‘Nol Kilometer Indonesia’ itu membuatnya jatuh hati ke kota itu. Ia dan keluarganya diterima dengan sangat baik oleh penduduk Pulau Weh. Bahkan di luar dinas, ia menjadi Ketua Persatuan Sepak Bola di sana.

Ketika akan pindah mutasi ke PN Lubuk Pakam, Sumatera Utara, Hatta Ali sempat didesak oleh tokoh-tokoh politik (waktu itu Golkar) di sana untuk jangan pindah. Alasannya mereka ingin mengangkat Hatta Ali sebagai Walikota Sabang.

“Wah, bahaya ini. Bisa-bisa saya tidak keluar-keluar dari Sabang,” pikirnya waktu itu.

Pinangan untuk jadi Walikota pun ia tolak dengan halus. Tekadnya sudah bulat untuk mengabdikan diri di dunia peradilan sepanjang hayatnya.

“Waktu saya mau pindah, mungkin itu seisi Kota Sabang mengantar saya. Mengesankan sekali. Kedekatan kami sudah seperti keluarga sendiri,” kenang Hatta Ali.

Hasil wawancara lengkap Tim Redaksi dengan Yang Mulia Ketua Mahkamah Agung dapat dibaca di Majalah Peradilan Agama Edisi XI | April 2017.

| Achmad Cholil |

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice