logo web

on . Dilihat: 1812

Kebutuhan Orang Berbeda

Oleh: Abdul Manaf

Kebutuhan orang berbeda-beda antara satu dan lainnya. Kecenderungan orang akan mencari apa yang belum dimilikinya. Orang miskin melihat orang kaya harta, dia berangan-angan dapat memiliki harta seperti halnya orang kaya. Gadis berwajah kurang cantik, dia berangan-angan memilki wajah yang rupawan seperti halnya seorang artis atau bintang film. Seorang bawahan, dia berangan-angan menjadi layaknya seorang bos yang mendapatkan berbagai fasilitas dari kantornya. Namun, tidak jarang orang kaya berangan-angan menjalani hidup di perkampungan miskin, karena selama ini hartanya tidak sanggup membuatnya bahagia. Keseharian hidupnya di komplek orang-orang kaya, justeru jarang bersosialisasi dengan tetangganya. Hal itu membuatnya iri dengan kehidupan perkampungan miskin yang guyub dan penuh suasana kebersamaan.

Kita ingat seorang bijak bertutur, lihatlah keatas kita dalam hal kebaikan dan amal, tetapi lihatlah kebawah kita dalam hal fasilitas dan kesenangan duniawi. Selayaknya kita mencontoh orang alim yang rajin ibadah, bekerja dengan jujur, bergaul dengan santun, banyak bersedekah dan membantu sesama. Semuanya itu akan menyemangati diri kita untuk menjadi lebih baik. Orang soleh harus menjadi inspirasi dalam hal kebaikan dan amal ibadah. Jangan justeru kita melihat orang malas, bekerja semau-maunya, kasar dalam pergaulan, sering menyakiti orang. Terus kita berpikir, untung saya lebih baik darinya. Tidak ada semangat untuk meningkatkan kwalitas diri sendiri, kalau yang dijadikan cermin adalah orang-orang yang buruk perbuatannya.

Sebaliknya, dalam urusan dunia kita harus melihat kebawah. Masih banyak saudara-saudara kita yang berjuang mencari pekerjaan, namun tak kunjung dapat. Masih banyak orang miskin yang mengais rejeki, hanya sekedar mengusir lapar dari diri dan anak-anaknya. Dengan demikian, timbullah rasa syukur atas segala karunia yang ada. Kita tidak malah melihat orang-orang yang hidup kaya-raya, bergelimang dengan harta. Selalu melihat keatas dalam urusan dunia, akan melahirkan sikap tamak dan serakah saja. Berbeda halnya, kalau melihat orang kaya justeru bukan pada kekayaannya, tetapi melihat amal ibadah orang kaya tersebut dengan hartanya. Hal demikian, dapat menyemangati kita untuk giat mencari harta sebagai sarana mendulang pahala dengan harta kita.

Tulisan ini akan saya tutup dengan sebuah cerita. Alkisah, seorang bijak berdiskusi dengan seorang hakim. “Seharusnya masyarakat harus menaati hukum, sehingga hidup mereka aman dan makmur,” tutur hakim. “Tidak, justeru hukum itu dibuat harus disesuaikan dengan keadaan masyarakatnya.” Tukas sang bijak.

“Baiklah, Anda seorang yang bijak, apa yang akan Anda pilih, harta atau kebijaksanaan?” tanya hakim. “Saya akan memilih harta,” jawab sang bijak. “Memalukan! Seharusnya Anda tidak melakukan hal itu. Kalau saya pasti akan memilih kebijasanaan,” sanggah hakim.

“Terbuktilah adanya, bahwa setiap orang akan berusaha mendapatkan apa yang dibutuhkannya dan apa yang belum dimilikinya,” tutur sang bijak.

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice