logo web

on . Dilihat: 3281

 

Rakernas Berbasis TI & Perubahan Sikap,

Rame-rame Bawa Laptop ke Jakarta

*

Semula saya kaget, mengapa saya ditunjuk sebagai Ketua Panitia Penyelenggara Rakernas Akbar tahun 2011. Oh, pikir saya, mungkin karena Pak Rum Nessa yang selama ini selalu menjadi Ketua Panitia Rakernas sudah selesai jabatannya sebagai Sekretaris MA karena sudah berumur 60 tahun. Tapi kan, masih ada Kepala BUA, Kabawas atau Dirjen Badilum, yang nota bene merupakan suadara tua Dirjen Badilag?

Rasa kaget itu tidak berlangsung lama dan tidak terus menjadi  pikiran saya. Yang jelas, penunjukan itu merupakan suatu kehormatan bagi saya yang harus saya laksanakan dengan sebaik-baiknya. Dalam hati, saya betekad, Rakernas ini harus sukses, berkesan dan lain dari yang lain.

Ada beberapa hal yang membuat saya bertekad Rakernas harus seperti itu. Pertama, mungkin Rakernas ini merupakan rakernas terakhir yang saya ikuti, sebab tahun 2012 saya harus pensiun, atau setidaknya berhenti sebagai Dirjen.

Kedua, Rakernas ini disebut sebagai Rakernas Akbar yang diikuti oleh Ketua dan Pansek dari semua pengadilan. Tidak setiap Rakernas selalu Akbar. Rakernas tahun 2008 pernah juga Akbar, namun Rakernas tahun-tahun lainnya “hanya”lah dihadiri oleh pimpinan pengadilan tingkat banding dan tingkat pertama kelas I.

Yang ketiga, dan ini yang paling membuat saya lebih bersemangat, adalah karena pertama kalinya Ketua Panitia dipegang oleh selain Sekretaris Mahkamah Agung, dan yang ditunjuk adalah saya sebagai Dirjen Badilag.

Setiap Dirjen dilihat orang sebagai representasi dari lingkungan peradilan masing-masing. Jadi, kalau Rakernas 2011 tidak sukses maka bukan saja reputasi saya yang rusak, tapi lingkungan peradilan agama juga akan terkena getahnya.

Tapi, terlepas dari itu semua, saya harus bekerja keras agar rakernas ini sukses, sesuai harapan pimpinan Mahkamah Agung dan seluruh warga peradilan se Indonesia.

**

Sejak saya menerima SK Ketua Mahkamah Agung yang menunjuk saya sebagai Ketua Panitia Penyelenggara, saya berpikir terus, mempelajari berbagai alternatif penyelenggaraan dan melihat peta keadaan. Dan akhirnya saya mantap, Rakernas harus diselenggarakan dengan sistem “paperless”, tanpa kertas.

Dalam Rakernas yang “paperless”, peran Teknologi Infornasi sangatlah menentukan. Semua informasi tidak lagi disampaikan melalui surat dengan menggunakan kertas. Demikian pula, makalah-makalah dan hasil Rakernas tidak lagi diberikan dalam bentuk print out. Jadi, semuanya harus serba “soft copy” dan serba “Teknologi Informasi”.  Print out hanya diperlukan untuk pendokumentasian, yang jumlahnya tidak banyak.

Dalam Rakernas yang “paperless”,  semua peserta harus “dipaksa” untuk mampu mengakses semua informasi dan bahan Rakernas melalui perangkat TI, seperti website dan email. Oleh karena itu, semua peserta wajib membawa laptop atau sejenisnya dan harus mampu menggunakannya.

Ada beberapa keuntungan dari penyelenggaraan Rakernas yang “paperless” ini.  Dengan memanfaatkan TI, Rakernas akan terselenggara lebih murah dan mudah. Panitia tidak harus lagi menggandakan bahan-bahan Rakernas yang sangat banyak, menyita waktu, tenaga dan biaya.

Pesertapun akan lebih diuntungkan. Mereka akan dapat memperoleh bahan Rakernas, jauh sebelum penyelenggaraan Rakernas, melalui internet yang dapat diakses dari tempat kerja masing-masing. Pesertapun tidak lagi direpotkan dengan harus membawa bahan Rakernas yang sangat banyak, yang sering kali “overload”, sehingga harus membayar kelebihan berat bagasi di pesawat.

Sering kali terjadi, dari ceritera pengalaman para peserta Rakernas selama ini, bahwa agar tidak repot dan tidak menimbulkan kelebihan berat bagasi, maka tidak semua bahan Rakernas yang diterima saat Rakernas dibawa pulang.

Makalah atau bahan Rakernas itu dipilih mana yang dianggap penting dan relevan bagi tugas yang bersangkutan. Sisanya ditinggalkan di hotel, alias dibuang. Maka terjadilah inefisiensi, pemborosan atau kesia-siaan.

Keuntungan lain dari Rakernas “paperless”, dan mungkin ini tidak diperoleh dari Rakernas-rakernas sebelumnya, adalah bahwa semua bahan, makalah dan pembahasan dalam Rakernas dapat diikuti oleh semua aparat peradilan dan masyarakat luas, sebab semuanya itu ditampilkan secara update pada internet.

Lebih jauh dari itu, merekapun dapat memberi komentar atau masukan melalui kolom “comment” yang disediakan pada setiap akhir tulisan pemberitaan.

Masya Allah, sungguh bermanfaat sekali peran TI untuk kepentingan penyelenggaraan Rakernas ini.

Namun demikian, kalau Rakernas “paperless” ini tidak diikuti oleh kerja keras dan kordinasi yang baik di antara panitia, pimpinan dan unit-unit kerja terkait, maka keuntungan-keuntungan itu tidak akan tercapai secara optimal, bahkan malah bisa sebaliknya, kekacauan yang didapat. Na’udzubillah.

Saya juga sempat memikirkan.  Rakernas “paperless” sangat riskan. Timbul dalam pikiran saya, bagaimana kalau informasi Rakernas ini tidak sampai kepada satker-satker di daerah, lalu banyak di antara pimpinan satker itu yang tidak hadir pada Rakernas, karena tidak tahu?

Bagaimana kalau bahan-bahan Rakernas ini tidak diakses oleh para peserta, lalu pembahasan-pembahasan pada Rakernas menjadi kacau? Bagaimana kalau peserta Rakernas tidak mampu menggunakan laptop atau sejenisnya, sehingga mereka tidak bisa aktif dalam Rakernas, atau bahkan mereka memprotes sistem “paperless” Rakernas, dengan dalih belum waktunya? Dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan Rakernas “paperless” ini tidak sukses.

Tapi, saya tetap bertekad dan mantap, “the show must go on”.  Sekarang sudah waktunya kita memperlihatkan kepada publik, bahwa Mahkamah Agung dan seluruh jajaran pengadilannya sudah “IT Oriented”, tidak “gaptek” dan sudah mampu melaksanakan “Quick Wins” sebagai salah satu langkah dalam mencapai keberhasilan Reformasi Birokrasi.

***

Oleh karena itu, berbagai persiapan dilakukan. Pertama, saya konsultasikan kepada Penanggung Jawab Rakernas, Tuada Pembinaan, Pak Widayatno  Sastro Hardjono, SH, MSc.   Pak Wid menyetujui dan sangat mendukungnya.

Bahkan beliaupun punya pikiran sama seperti saya. Pak Wid minta saya untuk mempresentasikan rencana pemanfaatan TI dalam Rakernas, pada Rapat Pleno MA-RI yang dihadiri unsur Pimpinan, seluruh Hakim Agung, para pejabat eselon I, II dan pejabat di lingkungan kepaniteraan.

Sayapun mempresentasikan rencana penyelenggaraan Rakernas yang berorientasikan pada pemanfaatan Teknologi Informasi, di depan Sidang Pleno Mahkamah Agung. Alhamdulillah, setelah ada sedikit dialog dan komentar,  Pimpinan Mahkamah Agungpun menyetujuinya.

Saya juga banyak kordinasi dengan Panitia Pengarah yang dipimpin Hakim Agung Dr. Supandi. Beliau sangat sehati dengan saya dalam hal ini. Lalu saya kordinasikan pula dengan para Dirjen dan seluruh satker di MA.  Pokoknya semua mendukung. Alhamdulillah, pikir saya.

Untuk pelaksanaan secara tehnis, saya bicarakan dengan Pak Nurhadi, Kepala Biro Hukum dan Humas, yang bertanggungjawab masalah TI di MA. Juga dengan staf-staf TInya, seperti Mas Joko Upoyo dllnya. Tim TI MA sangat mendukung gagasan ini dan membantu penuh dalam pelaksanaannya.

Pak Asep Nursobah, Helmi dan kawan-kawan membuat Portal Khusus Rakernas. Lalu di Panitia, di samping dibentuk bidang-bidang rutin sebagaimana biasanya, juga dibentuk bidang TI yang mengelola Portal dan perangkat TI lainnya, termasuk Tim Khusus yang meliput seluruh kegiatan Rakernas dan mempublikasikannya kepada publik melalui portal.

Tim TI MA, yang dikomandani Pak Nurhadi, dengan sigap dan penuh semangat menyediakan berbagai fasilitas yang menunjang pelaksanaan Rakernas “paperless” yang berbasis TI ini.

Sejumlah perangkat komputer yang konek dengan jaringan internet ber”bandwich” superjumbo, disiapkan di dekat ruang sidang utama.

Sambungan jaringan tanpa kabelpun disediakan pula sangat memadai. Layar lebar besar dua buah di depan ruang sidang utama dipasang untuk dinikmati oleh para peserta. Demikian pula di tempat-tempat strategis lainnya, layar monitor itu dipasang pula.

Untuk pimpinanpun disiapkan monitor khusus  yang dapat dilihat jelas dari kursi-kursi di atas panggung.

Sementara itu, pameran perjalanan sejarah  Mahkamah Agungpun digelar di tempat khusus, berdekatan dengan arena makan dan ruang sidang utama, juga  berbasis TI.

Pendek kata, semua mendukung, semua sigap, semua terlibat dalam helat akbar pelaku kekuasaan kehakiman paling tinggi di negeri ini. Subhanalloh, betapa indah dan nikmatnya kebersamaan itu.

Dan hasilnya? Alhamdulillah, kata orang, sukses. Pak Ketua Mahkamah Agung, di awal sambutan penutupan Rakernas, bukan basa-basi, menyatakan apresiasinya secara khusus atas keberhasilan Rakernas yang “paperless” berbasis Teknologi Informasi ini.

****

Ada banyak pelajaran yang diperoleh dari penyelenggaraan sistem Rakernas “paperless” yang semula dikhawatirkan kesuksesannya itu. Sebetulnya, sistem itu sangat sederhana. Semua bahan dimuat di internet sejak sebelum pelaksanaan. Para peserta memdownloadnya dan mempelajarinya, bahkan mendiskusikannya dengan para stafnya, di tempat tugas masing-masing, lalu membahasnya di tempat Rakernas. Itu saja.

Karena sistem “paperless” adalah sesuatu yang baru, maka yang paling menentukan keberhasilannya adalah komitmen dan sikap dari semua pihak. Komitmen dan sikap dari pimpinan, panitia dan seluruh peserta.

Hambatan utama juga adalah  sikap. Sikap merasa takut karena tidak bisa menggunakan laptop. Sikap yang apriori terhadap TI dan merasa sulit mempraktekannya karena sudah terlanjur “gaptek”.

Sikap yang merasa bahwa menggunakan laptop itu bukan pekerjaan Bos, tapi pekerjaan para operator atau staf. Sikap yang merasa bahwa Bos itu harus selalu dilayani, tidak boleh melayani sendiri, termasuk dalam mencari informasi melalui TI. Semua itu merupakan kendala suksesnya rakernas ini.

Oleh karena itu, saya tidak merasa kaget, hanya senyum saja, ketika panitia bagian akomodasi melaporkan banyak peserta Rakernas yang pesan kamar tambahan dan akan bayar sendiri, untuk ditempati operator komputernya. Saya katakan “tidak”. Peserta tidak dibenarkan membawa asisten, staf atau operator komputernya.

Ada juga yang menilpon saya, malah dari salah satu KPTA, yang mohon izin bahwa salah satu KPAnya tidak bisa mengikuti Rakernas, karena tidak bisa menggunakan komputer. WKPAnya yang ahli komputer akan menggantikannya. “Masya Alloh”, saya sedikit geleng kepala.

“Kenapa, hanya untuk membuka laptop saja, untuk mengakses internet, tidak mau belajar, padahal masih ada waktu setengah bulan?”, pertanyaan saya dalam hati. Sudah barang tentu saya dengan tegas tidak mengizinkannya dan minta kepada KPTA untuk menyampaikan kepada sang KPA agar belajar dan tetap mengikuti Rakernas. Namun, sampai saat inipun saya tidak sempat ngechek atau diinfo lagi, apakah yang bersangkutan ikut Rakernas atau tidak.

Banyak lagi cerita-cerita kecil yang menggelitik, tentang “heboh”nya para peserta Rakernas yang “dipaksa” harus bisa memanfaatkan TI dan membawa laptop ke arena Rakernas.

Pak Wid, Tuadabin, yang kemana-mana selalu membawa i-padnya itu, terlihat senang dan sekali sekali tersenyum melihat para peserta dalam kesempatan ramah tamah di awal Rakernas, demikian heboh dan ceria penuh canda, saling menceriterakan pengalamannya masing-masing dalam mempelajari laptop atau i-padnya yang baru dibelinya itu.

Saya senang sekali, berarti “efek samping” dari penyelenggaraan Rakernas yaitu pembudayaan pemanfaatan TI, pada tahap awal cukup berhasil. Dan ini salah satu yang menjadi tujuan saya sejak awal.

Aria Sujudi, tokoh muda, anggota Tim Asistensi Pembaruan MA, ketika menjadi narasumber pada acara Sosialisasi Masterplan Sistem Informasi MA-RI di Cisarua, 15 Desember 2011, menyatakan pengaruh penyelenggaraan Rakernas 2011 sangat luar biasa dalam pembudayaan pemanfaatan TI di lingkungan peradilan se Indonesia.

Iya, betul juga. Kita harus senang dengan keadaan seperti ini. Namun, itu baru tahap awal. Belum cukup. Pembudayaan adalah suatu proses panjang yang harus selalu dipelihara kelangsungannya.

Oleh karena itu, muncul suatu pertanyaan, apakah kita sebagai para pimpinan di lingkungan Mahkamah Agung dan pengadilan dari keempat lingkungan se Indonesia bisakah untuk menjaga proses pembudayaan itu, sehingga kita semua mampu memanfaatkan TI untuk kepentingan tugas pokok kita?

Saya yakin, kita bisa. “Wong Presiden saja sebagai pejabat tertinggi di negeri ini mau dan bisa memanfaatkan TI, apalagi kita yang jabatannya jauh di bawah Presiden. Kita harus mau dan bisa”, kata seorang peserta Sosialisasi, setelah Pak Aria Sujudi menampilkan gambar pidato Presiden dengan laptop di depannya. Ya, kita juga pasti bisa. (WW).

 

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice