logo web

on . Dilihat: 3456

“Pak Wahyu, Baca-baca Peraturan tentang Peradilan Agama, ya!”

 

Begitu selesai acara pelantikan sebagai Direktur Pembinaan Peradilan Agama, di Departemen Agama, bulan Mei tahun 2000, saya langsung menuju RS Gatot Subroto Angkatan Darat. Saya bermaksud nengok, sekaligus lapor dan mohon masukan dari Pak Zainal Abidin Abu Bakar, Hakim Agung, yang ketika itu sedang sakit dan dirawat di RS tentara itu.

Pak Zainal adalah Direktur Peradilan Agama setelah Pak Taufiq, sebelum Pak Syamsuhadi. Ketika beliau menjadi Direktur, saya salah satu Kepala Subdit di bawah beliau. Saya sangat dekat dengan beliau, sehingga setelah dilantik sebagai Direktur, menggantikan Pak Syamsuhadi, saya langsung menemui beliau.

Beliau mengetahui persis perjalanan karir saya dan keterlibatan saya di lingkungan peradilan. Seringkali saya diajak mendampingi beliau dalam melakukan kunjungan dan pembinaan ke PA-PA. Pernah juga bersama-sama mengikuti kegiatan SOM-MABIMS, baik di Indonesia, atau di negara-negara tetangga.

Sakit beliau ketika itu cukup parah juga. Namun waktu saya datang menjenguknya, beliau bisa duduk dan banyak bicara. Ketika saya memberitahukan telah dilantik sebagai Direktur, beliau nampak senang dan mengucapkan selamat.

Beliau ada bicara beberapa hal kepada saya. Namun yang saya selalu ingat, bahkan sampai sekarang, adalah kata-kata beliau yang satu ini: “Tolong Pak Wahyu, banyak-banyak membaca peraturan tentang peradilan agama ya!”.

Saya melihat ketulusan beliau dan kebanggaannya, bahwa salah satu kadernya berhasil menaiki jenjang karirnya, setingkat lebih tinggi dari sebelumnya. Dengan kata-kata itu, beliau menginginkan saya sukses dalam mengemban tugas baru ini.

**

Pak Zainal pantas memberi pesan seperti itu kepada saya. Beliau tahu, walaupun sejak tahun 1978 sampai 1996 saya bekerja terus di Direktorat Pembinaan Peradilan Agama, namun saya jarang terlibat dalam pelaksanaan tugas pokok Direktorat, yaitu melakukan pembinaan peradilan agama di bidang organisasi, administrasi dan keuangan.

Apalagi sejak 1996 sampai saya diangkat menjadi Direktur, tahun 2000 itu, saya berada di luar lingkungan peradilan agama, yaitu di lingkungan Sekretariat Jenderal.

Lalu apa saja yang saya lakukan selama 18 tahun bekerja di Direktorat Peradilan Agama itu. Selama itu saya hanya berkutat di wilayah hisab rukyat. Sejak masuk kerja 1978 sampai 1982, saya menjadi staf Seksi Hisab Rukyat, lalu 1982-1988 dipercaya sebagai Kepala Seksi Hisab Rukyat, 1988-1990 tuga belajar, 1990-1996 diangkat sebagai Kepala Subdit Hisab Rukyat dan Pertimbangan Hukum Agama. 1996-2000 bertugas di lingkungan Setjen.

Jadi, saya tidak pernah bekerja di bidang organisasi, tatalaksana, keuangan, ketenagaan, sarana prasarana atau bidang hukum. Padahal bidang-bidang itu merupakan tugas pokok Direktorat. Pernah ada kawan yang nyeletuk “Pak Wahyu itu sebetulnya tidak pernah tugas di peradilan agama, tapi hanya di hisab rukyat”. Memang betul. Saya setuju dengan celetukan itu. Makanya pantas, Almarhum Pak Zainal memberi pesan seperti itu kepada saya.

Lain halnya dengan kawan-kawan seangkatan saya. Pak Hariri misalnya. Beliau sama-sama dengan saya masuk kerja tahun 1978. Beliau mulai bekerja di Bagian Perencanaan dan Perundang-undangan Ditjen Bimas Islam, yang ketika itu membawahi Direktorat Peradilan Agama. Lalu, tahun 1982, sama-sama diangkat pejabat eselon 4 di Direktorat. Saya Kasi Hisab Rukyat, Pak Hariri Kasubag TU. Sejak itu Pak Hariri pindah-pindah posisi di lingkungan Direktorat. Yang saya ingat saja, beliau pernah di ortala, sarana prasarana, anggaran, ketenagaan, bahkan juga pernah di hisab rukyat menggantikan saya sebagai Kepala Subditnya.

Makanya pantas, di antara kawan-kawan ketika itu, Pak Haririlah yang paling menguasai permasalahan di lingkungan peradilan agama. Tidak berlebihan, ketika saya diangkat jadi Direktur dan saya memberi peran sebesar-besarnya kepada kawan-kawan di Direktorat untuk mengembangkan kreativitas dan improvisasi dalam mengembangkan peradilan agama, Pak Haririlah di antara yang paling menonjol. Bahkan ada orang bilang, sebetulnya yang “the real Director” itu adalah Pak Hariri.

***

Selalu terdorong oleh pesan Almarhum, saya rajin banyak membaca peraturan perundang-undangan berkaitan dengan peradilan agama. Bahkan tidak itu saja, ketentuan, dokumen, kebijakan, perkembangan, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pembinaan peradilan agama selalu saya baca.

Saya merasa pengetahuan dan pengalaman saya di lingkungan peradilan agama sangatlah minim. Oleh karena itu, saya banyak bertanya dan belajar.

Hal lain yang saya merasa paling terbantu dalam melaksanakan tugas adalah kekompakan dari kawan-kawan saya di Direktorat. Makanya, saya beruntung, para Eselon 3 di Direktorat, ketika saya diangkat jadi Direktur, semuanya mendukung saya dan kompak. Saya masih ingat, mereka itu adalah Pak Hariri, Pak Zufran, Pak Hidayat, Pak Damanhuri dan Pak Basiq. Demikian juga para eselon 4 dan seluruh staf. Kelihatannya mereka welcome terhadap Direktur baru.

Ini modal utama, pikir saya. Makanya, dalam perjalanan mengemban tugas selanjutnya, saya berusaha terus untuk memelihara suasana yang penuh dengan silaturahmi ini.

Tidak terasa, sejak tahun 2000 sampai 2005 saya bisa menjalankan tugas sebagai Direktur, dengan tidak ada halangan yang berarti. Kemudian setelah satu atap berada di bawah Mahkamah Agung, sejak 2005 sampai sekarang, saya masih dipercaya sebagai Dirjen, yang juga saya merasa lancar-lancar saja.

Adapun prestasi kerja, saya tidak berhak menilai kinerja sendiri. Oleh karena itu, saya tidak tahu persis yang sebenarnya, apa kepemimpinan saya ini gagal, biasa-biasa saja, atau berhasil. Kalaupun ada aspek tertentu selama kepemimpinan saya yang dianggap berhasil, itu semata-mata karena kekompakan, kekuatan silaturahmi dan kebersamaan.

Pesan Almarhum Pak Zainal kepada saya agar banyak membaca hal-hal yang berkaitan dengan peradilan agama sangatlah mempengaruhi kepemimpinan dan karir saya di lingkungan peradilan agama. Sekompak dan sehebat apapun para staf, kalau pimpinannya sama sekali tidak tahu peta dan permasalahan, maka jalannya organisasi akan tersendat bahkan macet, atau berantakan.

Terima kasih Pak Zainal, semoga pesan Bapak kepada saya menjadi amal jariyah yang terus mengalir pahalanya, walaupun Bapak kini sudah lama berada di alam lain. Allohummaghfir lahu warhamhu wa’afihi wa’fu’anhu. (WW)

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice