logo web

on . Dilihat: 11435

Manajemen,  Bengkel dan Kinerja Kita

Oleh: Purwosusilo

Kata bengkel sesungguhnya tidak ada kaitannya dengan kata manajemen. Masing-masing mempunyai makna yang tidak ada hubungannya satu sama lain, karena keduanya mempunyai obyek yang berbeda. Akan tetapi kedua kata tersebut didekatkan karena kedekatan fungsi.

Bengkel adalah tempat untuk merawat, memperbaiki atau mereparasi kendaraan bermotor. Bengkel berfungsi merawat kendaraan agar tetap nyaman dan memperbaiki kendaraan yang mengalami kerusakan, mulai dari kerusakan ringan sampai kerusakan berat. Semua bisa baik kembali setelah dimasukan dalam bengkel dan diperbaiki oleh seorang montir bengkel tersebut.

Sedangkan manajemen adalah kemampuan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Di dalam manajemen diperlukan seni untuk menggerakkan orang lain, karena tidak setiap orang yang berada di dalam organisasi,  semua dalam kondisi baik. Bermacam tipe dan sifat orang kemungkinan ada di dalamnya. Ada yang baik, ada yang kurang baik. Ada yang aktif, ada yang pasif. Ada yang kreatif, ada yang statis. Ada yang rajin, ada juga orang yang malas. Ada orang yang dingin, tapi ada juga orang yang mudah terbakar emosinya. Ada yang mudah dimotivasi, tapi ada juga orang yang sulit untuk dimotivasi. Ada yang bekerja dengan orientasi yang jelas, tapi ada juga orang yang malas-malasan sekadar memenuhi kewajiban untuk datang ke kantor.

Ibarat bengkel yang dapat merawat dan memperbaiki berbagai macam kerusakan kendaraan bermotor menjadi lebih baik, maka manajemenpun harus mampu merawat dan memperbaiki berbagai tipe dan macam orang yang ada di dalam organisasi.

Di sini peranan pimpinan ibarat montir di dalam bengkel. Pemimpin dalam semua tingkatan harus mampu menghidupkan suasana, menghangatkan suasana dingin, mencairkan kebekuan, mendinginkan suasana panas, mengaktifkan orang yang pasif dan meneymbuhkan orang yang sakit. Bahkan harus berani merehabilitasi orang yang pernah kena sanksi hukuman setelah yakin bahwa mereka telah menjadi baik kembali.

Tidak boleh perhatian kita hanya kepada mereka yang baik, aktif, kreatif, bersemangat, berprestasi, dan sebagainya. Akan tetapi perhatian kita juga harus tertuju kepada mereka yang statis atau pasif, malas, dan sebagainya.

Kepada mereka yang baik diperlukan perawatan dengan perhatian dan kasih sayang seorang pimpinan, sehingga mereka bisa berkembang lebih baik. Berilah kepercayaan dan kesempatan untuk berprestasi. Sedangkan kepada mereka yang kurang baik perlu perhatian khusus. Ibarat mobil, maka mereka perlu dimasukan bengkel dan pimpinanlah montirnya dengan melakukan pembinaan kepada mereka.

Dalam kondisi seperti ini, seorang pimpinan harus mampu bertindak, kadang sebagai leader, kadang sebagai teman berdiskusi, bahkan kadang bertindak sebagai guru untuk memberikan bimbingan kepada mereka. Berilah kepada mereka keyakinan bahwa mereka juga bisa seperti yang lain. Prestasi bukan untuk seseorang, akan tetapi prestasi juga untuk kita bersama.

Janganlah memandang orang secara hitam putih. Artinya jangan orang yang salah selamanya dipandang sebelah mata, seakan sudah tidak bisa baik kembali dan sebaliknya seakan orang yang baik, kreatif, dianggap tidak ada kekurangannya. Padahal setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tugas pimpinan untuk mengembangkan kelebihan dan menutup kekurangannya.

Kekurangan dan kelebihan tergambar dalam struktur tubuh kita. Di dalam tubuh kita terkandung filosofi yang sangat dalam. Seputih apapun manusia pasti masih terdapat bagian hitamnya, misal rambutnya. Dan sehitam apapun manusia masih ada bagian tubuh kita yang putih, yakni gigi dan bola matanya.

Ini artinya sebaik apapun orang, sepandai apapun orang, tetap saja dia masih memiliki kelemahan dan kekurangan, sehingga ktia tidak boleh sombong dengan kelebihannya. Dan demikian juga sebaliknya, sejelek apapun orang, sejahat apapun orang tetap saja masih terdapat secercah kebaikan yang ada pada orang tersebut, sehingga jangan rendah diri. Selama kita berupaya memperbaiki diri, selalu ada jalan menuju kebaikan. Ingat bahwa kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.

Di dalam agama kita pun diajarkan, keimanan seseorang bisa bertambah dan berkurang. Semua tergantung pada pengaruh lingkungan, teman kerja dan pengaruh pimpinan. Karena itu mari kita bangun bersama lingkungan kerja dan suasana kerja yang kondusif agar bisa bekerja dengan nyaman dan produktif.

Membangun suasana kerja yang kondusif bukan saja tugas pimpinan, akan tetapi diperlukan komitmen bersama antara pimpinan dan bawahan. Dengan komitmen bersama insya Allah akan mampu membangun suasana kerja yang kondusif sehingga kita bisa bekerja dengan nyaman dan produktif. (*)

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice