logo web

Dipublikasikan oleh Hermansyah pada on . Dilihat: 6195

Sidak, Bukan Mencari Kesalahan

*

Mengetahui keinginan, kesan dan kepuasan para pencari keadilan berkaitan dengan pelayanan yang diberikan oleh pengadilan agama adalah suatu hal yang sangat penting, bahkan suatu keniscayaan. Itu mutlak diperlukan.

Tentu, itu kalau kita punya keinginan kuat untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada mereka. Kalau tidak punya niat seperti itu, aparat akan bekerja apa adanya, pelayanan yang  diberikan sebatas apa yang biasa dilakukan, hanya sekedar menjalankan kewajiban, dan seperti air mengalir saja. Yang penting bekerja, lalu menerima gaji. Ya, itu saja. Tidak ada greget, tidak ada kepuasan dan tidak ada suatu kebanggaan.

Kepada kawan-kawan di Badilag, saya sering mengatakan, bekerja itu jangan hanya seperti air mengalir saja, jangan hanya seperti biasanya, hanya melakukan rutinitas dan hanya mengerjakan seperti selama ini dikerjakan.

Kita harus selalu punya niat agar apa yang kita kerjakan selalu meningkat kualitasnya dari waktu ke waktu. Niat ini akan menimbulkan konsistensi dan inovasi. Niat ini juga akan melahirkan kreativitas melayani.  Tujuannya adalah kepuasan masyarakat pencari keadilan.

Itulah sebabnya, mencari tahu sejauh mana kepuasan para pencari keadilan atas pelayanan yang kita berikan adalah suatu keniscayaan.

**

Mungkin orang mengira, bahwa untuk mengetahui tingkat kepuasan pengguna pengadilan diperlukan suatu survey yang mendalam dengan menggunakan metoda yang ilmiah. Itu benar. Tapi itu kan memerlukan peneliti yang ahli, waktu lama serta dana yang tidak sedikit.

Telah banyak survey dilakukan terhadap kepuasan pengguna pengadilan agama. Di antaranya adalah survey yang dilakukan oleh Asia Foundation dengan nama “Survey on Citizens’ Perceptions of the Indonesian Justice Sector”  dan survey yang dimotori oleh Cate Sumner, Australia, dengan nama “Access and Aquity Study”.

Memang, dua survey itu menghasilkan temuan-temuan yang signifikan dan sangat bermanfaat untuk peradilan agama. Dan dari dua survey ini pula lalu muncullah buku “Courting Reform: Indonesia’s Islamic Courts and Justice for the Poor” yang ditulis oleh Cate Sumner dan Tim Lindsey. Buku dan hasil-hasil survey ini sangat menginspirasi peradilan agama untuk berbuat leih baik dan lebih maju lagi.

Jadi benar, survey  sangat bermanfaat. Namun, ya itu  tadi, sangat mahal dan tidak sederhana.

Saya melihat, untuk mencari tingkat kepuasan pencari keadilan dan untuk meningkatkan pelayanan yang diberikan oleh pengadilan agama, melakukan inspeksi mendadak alias sidak juga sangat efektif. Sidak itu sederhana, murah dan dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak harus oleh peneliti yang ahli.

Sidak akan terasa manfaatnya, apabila dilakukan oleh pimpinan di berbagai tingkat, atau staf atas perintah pimpinan. Dan yang lebih penting lagi sidak itu harus ditindak lanjuti oleh para pelaksana, terutama para pimpinan pengadilan agama.

***

Sadar akan pentingnya mengetahui pelayanan yang diberikan oleh pengadilan dan sejauh mana tingkat kepuasan pengguna pengadilan, saya sering kali datang secara diam-diam ke pengadilan agama. Kadang dipublikasikan dan sering pula tidak diberitakan.

Tidak hanya itu, saya sering juga menugaskan pejabat eselon IV atau staf Badilag, yang tidak dikenal oleh kawan-kawan di pengadilan agama, untuk datang secara diam-diam ke pengadilan agama. Mereka harus mengobervasi sikap dan tindakan aparat pengadilan serta menggali informasi tentang pelayanan yang diberikan oleh pengadilan agama.

Informasi itu digali dari para pihak yang hadir di pengadilan, atau bahkan dari masyarakat lainnya, seperti dari amil, pengacara, tukang parkir, penjual makanan, pemilik atau pelayan warung yang ada di sekitar pengadilan.

Saya juga sering, dalam berbagai kesempatan pertemuan dengan dunia perguruan tinggi, meminta mereka untuk ikut memantau jalannya pelayanan dan proses pengadilan.

Semuanya ini dilakukan bukan untuk mencari kesalahan kawan-kawan di pengadilan agama, namun untuk melihat pelayanan apa adanya dan keadaan sebenarnya yang ada di pengadilan agama.

Informasi yang terkumpul lalu didiskusikan di tingkat pimpinan Badilag, lalu diinfokan kepada pimpinan PTA dan PA yang bersangkutan, bahkan dalam beberapa kesempatan diinformasikan pula kepada  jajaran pengadilan agama se Indonesia. Hal yang diinfokan adalah menyeluruh, baik hal yang negatif maupun yang positif.

Selalu, kalau saya datang sendiri secara diam-diam, setelah melihat suasana, ngobrol-ngobrol dengan para pencari keadilan dan aparat pengadilan, saya informasikan langsung kepada pimpinan atau para hakim, saat itu juga.

****

Oleh karena itu, saya mengharapkan agar para pimpinan PTA dan PA dapat menindak lanjuti  hasil-hasil “sidak” ini dan menjadikannya sebagai inspirasi untuk melakukan hal-hal yang lebih baik lagi.

Saya senang sekali, berita Badilag.net edisi 15 Februari 2012, berjudul “Mendadak, Dirjen Badilag Mengunjungi PA Jakarta Utara”,   mendapat perhatian besar dari para pembaca. Ketika tulisan ini dibuat, Ahad pagi (19/2/2012), berita  itu tercatat dikunjungi oleh 27.905 pembaca dan memperoleh 98 komentar. Bukan main.

Saya berharap para pimpinan PTA dan PA membaca berita itu, terutama komentar-komentarnya yang sangat banyak dari seluruh Indonesia.

Saya menyadari, setelah menerima masukan dari kawan-kawan, apalagi setelah membaca komentar-komentar itu, tidak mungkin saya sendiri mendatangi satu persatu PA yang berjumlah 359 se-Indonesia. Tapi, dari komentar-komentar itu, terbetik kesimpulan pentingnya suatu kunjungan secara diam-diam. Kawan-kawan di PA pun, setidaknya yang memberi komentar, mengharapkan adanya kunjungan seperti itu.

Oleh karena itu, saya sangat mendukung komentar-komentar yang menghendaki agar Ketua PTA/MSA juga melakukan “Sidak” ke PA/MS di wilayahnya masing-masing.

Saya yakin para ketua pengadilan tingkat banding di lingkungan peradilan agama seringkali melakukan kunjungan ke PA-PA di wilayahnya. Namun, kali ini mungkin perlu pula ada variasi gaya lain, yaitu secara diam-diam.

Sebagai renungan kita bersama, terutama para pimpinan di Badilag, PTA/MSA dan PA/MS, ada baiknya kita  simak komentar-komentar pembaca badilag.net itu. Komentar-komentar itu akan memberi semangat para pimpinan untuk bersikap dan bertindak lebih arif lagi, termasuk dalam melakukan kunjungan ke pengadilan.

*****

Inspeksi mendadak (sidak), turun ke bawah (turba), kunjungan kerja (kunker), kunjungan diam-diam (kun-iam?) atau apapun namanya, sangatlah penting dilakukan oleh para pimpinan ke instansi di lingkungannya.

Kunjungan ini adalah bagian dari pembinaan, bukan untuk mencari kesalahan dan tidak memberatkan pihak yang dikunjungi.  Kunjungan ini akan sangat bermanfaat jika hasilnya ditindak lanjuti oleh para pelaksana dan dikontrol oleh para pimpinannya.

Lagi-lagi…, perhatian, kesungguhan, kesabaran dan keteladanan para pimpinan sangatlah diperlukan dan sangat menentukan dalam keberhasilan pembinaan. Mudah-mudahan kita sebagai para pemimpin atau calon para pemimpin dapat melaksanakannya. (WW).

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice