logo web

Dipublikasikan oleh Iwan Kartiwan pada on . Dilihat: 2591

 

 

 

 

Ramadhan: Kembali Kepada Hakikat Penciptaan

(Drs.Zulkarnain Lubis/Ketua MS. Langsa)

Manusia diciptakan dengan dua unsur yaitu unsur tanah dan unsur ruhaniah. Masing-masing membawa sifat aslinya sepanjang hidup manusia. Unsur tanah melahirkan  sifat-sifat faali atau  jasmaniah manusia seperti keinginan makan, minum, seks dan kebutuhan faali lainnya yang  dikatakan  nafsu. Sifat ruhiyah berasal dari akal dan kalbu manusia seperti kecenderungan manusia pada hal-hal yang baik seperti ketuhanan, kebenaran, kejujuran, keadilan, kasih sayang pada sesama dan lain lain. 

Sepanjang hidup dan aktifitasnya kedua unsur ini terus bertarung terkadang nafsu yang menang kadang kala sifat ruhiyah yang bersemayam di dalam qolbu hati sanubari manusia yang menang dengan terkendalinya nafsu. Tapi tidak jarang pula  banyak  manusia yang selalu dibawah kendali hawa nafsu. Terkekang dalam keinginan nafsu yang memberi  kenikmatan sesaat. Sifat nafsu tidak ada yang berlangsung lama semua sifatnya sesaat, tetapi menggoda untuk terus memenuhi tanpa pernah merasa puas. Hari ini terpenuhi besok mencari lagi. Nikmat makan dan minum  hanya sebatas kerongkongan jika tidak terkendali dan di luar batas nilai kesehatan justru akan menimbulkan masalah di kemudian hari.  Nikmat harta seperti mobil mewah, rumah mewah, perusahaan di mana mana, nikmatnya juga sebentar setelah dimiliki semua kembali terasa seperti  biasa  saja.  Tetap saja kebahagiaan itu bukan pada barangnya tetapi pada nilai-nilai kehidupan orang-orang yang berada di dalam rumah tersebut. Oleh karena itu suatu kebodohan meletakkan kebahagiaan pada harta atau benda. Sifat nafsu telah Allah gambarkan di dalam al Quran surat  Yusuf ayat 53 yang berbunyi: “Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang.”

Kemampuan untuk selalu berada dalam kendali nafsu tidak melihat kelas,derajat dan tingginya ilmu,  siapa saja bisa dikalahkan oleh nafsu apalagi yang namanya nafsu syahwat. Sungguh keberuntungan bagi mereka yang terus mampu dan konsisten atau istiqamah dalam mengendalikan nafsunya berada di bawah kendali ruhiyahnya. Yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana cara supaya manusia senantiasa berada di atas nafsunya dan selalu dalam kendali nilai ruhiyah.

Puasa ramadhan adalah media yang diberikan Allah agar manusia terlatih untuk senantiasa mumpuni mengendalikan hawa nafsunya. Tetapi karena puasa terbatas hanya satu bulan saja selebihnya manusia harus belajar di atas kaki sendiri untuk bisa menyupiri hawa nafsunya. Memang tidak ada rumus atau  teori yang pasti karena semua manusia bisa dikalahkan oleh nafsunya kapan saja dan dimana saja,  apakah ia seorang bangsawan dan terhormat, apakah orang yang sangat berilmu agama, seorang yang sangat  berkuasa belum tentu bisa mengendalikan nafsunya setiap saat.  Sebaliknya pula mereka yang miskin, rendah derajatnya di mata masyarakat, rendah pendidikannya justru bisa jadi lebih mampu mengendalikan hawa nafsunya. Karena nilai ruhiyah terpatri kuat dalam qalbunya.

Meskipun tidak ada kepastian dan rumus yang pasti untuk dapat mengendalikan hawa nafsu tetapi ada beberapa hal yang jika kita persiapkan akan memudahkan kita untuk bisa konsisten dan istiqamah serta mumpuni mengendalikannya:

Pertama, senantiasa memohon perlindungan dan  pertolongan kepada Zat yang  maha kuasa karena Dialah Maha pelindung dan maha perkasa yang tahu betul kelemahan diri kita. Tanpa pertolongannya mustahil kita dapat menang melawan hawa nafsu. Karena dialah yang memberi petunjuk kepada siapa yang dia kehendaki. Bagaimana Allah melindungi kita dari godaan nafsu jika kita terlalu sombong untuk memohon pertolongannya.

Kedua, senantiasa melatih diri untuk dapat mengendalikan diri dari nafsu dengan melakukan aktifitas ibadah khususnya dengan berpuasa dan ibadah seperti zikir, sedekah, memperbanyak solat sunnah dan lain sebagainya.

Ketiga, senantiasa menambah pengetahuan dan ilmu tentang hikmah dan kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan. Karena hidup terus mengalir dengan berbagai masalah dan problemnya, pengetahuan terus berkembang  maka dengan pengetahuan akan memudahkan akal mengetahui baik dan buruknya sesuatu. Dengan terus menambah pengetahuan akan memudahkan ikhtiar mencari mana yang terbaik dan sesuai untuk diri kita. Berbeda dengan orang yang malas mencari ilmu dia tidak punya "kaca mata pembesar" untuk menemukan kebenaran dan hikmah.

Keempat, senantiasa berada bersama orang-orang yang soleh. Di dalam kehidupan ini meskipun iman kita sangat tebal alias tahan banting tapi jika terus menerus berada di lingkungan orang yang tidak soleh dan tidak beriman lama kelamaan akan terpengaruh juga berbuat di bawah kendali nafsu. Teman dan  sahabat adalah orang yang sangat berpengaruh bagi kehidupan seorang yang beriman. Sebagaimana hadist rasul "bahwa agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian meli­hat siapakah yang menjadi teman­nya".  Demikianlah sangat kuatnya pengaruh teman sahabat dalam diri seseorang.

Menjaga diri dengan menjauhkan diri dari orang-orang yang tidak baik untuk keimanan kita adalah salah satu jalan agar keistiqomahan kita terjaga sampai hari akhir. Semoga Ramadhan kali ini menyadarkan kita untuk kembali mengingat hakikat penciptaan diri kita sebagai manusia yang senantiasa bertarung mengatasi kekuatan dorongan nafsu jasmaniah yang dahsyat dengan nilai-nilai ruhiyah yang ada di dalam diri kita yang telah bersemayam sejak kita dilahirkan.  Semoga.

 

 

 

 

 

 

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice