ANTARA SUNNATULLAH DAN SYARIATULLAH TERJALIN HUBUNGAN SIMBIOTIK
DALAM MENATA PERILAKU MANUSIA[1]
Oleh: A. Mukti Arto[2]
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Kata kunci: Sunnatullah, syariatullah, perilaku manusia, dan hubungan simbiotik. |
I.Pendahuluan
اللهِSWT Pencipta alam semesta telah mengatur peredaran alam dengan hukum ciptaan-Nya yang kemudian dikenal dengan sunnatullah. Dalam bahasa lain, sunnatullah juga disebut dengan hukum alam, yakni hukum yang ditetapkan Allah guna mengatur penciptaan dan mekanisme alam semesta yang bersifat fitrah, yakni tetap dan otomatis. Alam semesta dengan seluruh isinya dan segala mekanismenya tersebut diciptakan Allah adalah untuk kesejahteraan hidup manusia.
Kemudian daripada itu, Allah SWT juga menciptakan manusia yang merupakan bagian takterpisahkan dari alam semesta dan senantiasa berada di dalamnya. Oleh sebab itu, eksistensi dan pergerakan hidup manusia pun tunduk pada fitrah hukum alam semesta secara tetap dan otomatis. Di sisi lain manusia sebagai hamba selain berkewajiban untuk beribadah kepada Allah juga diserahi amanat sebagai pengelola alam semesta dengan kedudukan selaku khalifatullah untuk mewujudkan kesejahteraan manusia. Untuk itulah, maka manusia diberi kekuatan jiwa yang ditempatkan di dalam fisik jasmani (raga) manusia. Kekuatan jiwa ini terdiri atas jiwa nabati, jiwa hewani, jiwa insani, dan jiwa ruhani. Selama jiwa ini masih menyatu dengan jasmani (raga), manusia bisa beraktivitas. Tetapi jika jiwa telah meninggalkan raga, maka terhentilah semua aktivitasnya. Hal ini sudah menjadi sunnatullah yang tidak akan terjadi perubahan sedikitpun terhadapnya.
[1] Bahan diskusi Hukum Dan Peradilan Pusat Pengkajian Hukum Islam dan Masyarakat Madani (PPHIMM) Keluarga Peradilan Agama di Bumi Sepucuk Djambi Sembilan Lurah.
[2] Wakil Ketua PTA Jambi.
selengkapnya KLIK DISINI