logo web

Dipublikasikan oleh Hermansyah pada on . Dilihat: 6470

Mereka Bekerja 25 Jam Sehari

*

Seperti biasanya setelah bangun tidur, tadi pagi saya melakukan rutinitas, lalu berkemas untuk pergi ke kantor. Setelah semuanya beres, saya duduk di ruang tamu bersama isteri, sarapan sepotong roti coklat dan segelas besar air putih panas. Alhamdulillah, rasanya segar dan nikmat.

Saya lihat jam, baru pukul 5.20. Biasanya, “driver” saya yang setia, H.Dadang Syarif, datang sekitar pukul 5.30, memanaskan mesin sebentar, lalu berangkat ke kantor.

Sambil menunggu sang “driver” yang rumahnya hanya sekitar 300 m dari rumah saya, saya buka facebook, melihat teman-teman di dunia maya. Perhatian saya tertuju pada akun “Laskar SIADPA Plus”. Saya memang sering mengunjungi Akun ini, bahkan sekali sekali juga, saya ikut “nimbrung”, memberi komentar, dan terlibat chating dengan laskar-laskar ini, walaupun terbatas pada “say hallo”, bertanya perkembangan atau sekedar mengapresiasi dan memotivasi mereka.

Ada beberapa dialog terjadi di akun ini yang sempat saya perhatikan. Coba sekilas kita lihat:

Idha Nur Habibah : “Pak Muadz Jr, PR dari PA Kab.Malang untuk mas Sam Nino, Upload Perkara via infoperkara.exe Sukses pak ^____^ . *untuk standarisasi variabel lom berani coba d server, ada erornya bisa digebukin orang banyak >.<”.

Muadz Jr : “Siiiip….mangstab…!! Aganwati Idha Nur Habibah n gan Sam Nino, dua jempol buat anda berdua… ;) untuk standarisasi variabel mungkin bs coba dilihat2 apakah ada berubahan pada data dan blangko, sementara ini mmg ada sedikit masalah pada var 0015 smoga gan haji Abdoer Rahman & gan Achmad Fauzi segera mengeksekusi…. maturnuwun.”

Dialog lainnya:

Ahmad Sayuti: “Siadpa kami kemarin heng dan semua data hapus kini kami mulai dari nol kembali”

Top of Form

Tohir Mekkadilaga: “Databasenya kan terpisah tinggal instal aplikasinya saja gan”

Lainnya lagi:

Muhammad Nasri: “Para Suhu SIADPA, mau nanya nih napa setiap mau jalan di clien harus masukin mysql server padahal kemaren2 ga tuh….”.

Ahsan Dawi Mansur: “cek koneksinya gan”

Z Sugi An Toro: “Masukin lewat odbc ya maksudnya… Atau muncul kotak dialog untuk tes koneksi database?”

Arif Roby Ismanto: “ntar juga normal lagi..”

Z Sugi An Toro: “Haha betul kata mas arif”

Mohammad Roy Irawan: “Sejak kapan SIADPA pake “MySql Server” ?

Habibburrahman Mahfudz: “seandainya pake MySQL waahhh…. bisa diporting ke Linux mas broo”

Najmuddin Muhammad: “Ganti win nya dari home ke pro”

Yang ini, lain lagi:

Helmi Indra Mahyudin: “Assalamu’alaikum Wr. Wb. PENGUMUMAN : Sekali lagi saya sampaikan pengumuman ini, barang siapa yang mendapati alamat satkernya yang di aplikasi infoperkara nyasar atau belum update, silakan PM (kirim messages/sms/ym/suratin) saya. Wass.”

**

Subhanalloh. Betapa mereka demikian bersemangat melakukan komunikasi-komunikasi antar mereka untuk kepentingan kantor. Mereka tak kenal waktu. Pagi, siang, sore, malam, bahkan, pernah saya mendapatinya, dini haripun masih ada yang chating di akun “Laskar Siadpa Plus” ini.

Mereka nampak sangat menikmati komunikasi itu. Mereka bangun komunitas tersendiri. Lalu mereka kembangkan komunitas itu menjadi lebih besar dan lebih besar lagi. Konon sekarang anggotanya sudah 539 laskar.

Substansi yang dikomunikasikan mereka sangat tehnis. Bagi kita sangat tidak menarik. Banyak menggunakan istilah-istilah tehnis atau istilah lainnya yang hanya mereka yang mengenalnya. Tapi bagi mereka, nampaknya, justru substansi itulah yang mempunyai daya tariknya. Mereka memerlukannya untuk dipergunakan dalam penerapan aplikasi administrasi perkara di kantornya masing-masing.

Mereka nampak sangat akrab. Dengan sapaan “agan”, atau hanya “gan” bagi anggota laki-laki, dan “aganwati” atau “ganwati” bagi perempuan, komunikasi mereka terlihat hidup. Mereka juga biasa memanggil “suhu” kepada anggota yang dianggap lebih ahli di antara mereka.

Saya tidak tahu persis “asbabul wurud”nya, mengapa kata “agan” yang dipergunakan. Saya juga tidak tahu sejak kapan mereka itu saling menyapa dengan panggilan “agan”. Yang saya tahu, panggilan “agan” itu nampaknya diambil dari kata “juragan”, suatu panggilan kehormatan bagi “menak-menak” di tatar Sunda. Bisa jadi, karena di antara tokoh SIADPA ini banyak dari daerah Jawa Barat, seperti Helmi, Asep Nursobah atau lainnya. Atau mungkin karena mereka berkali-kali kumpul di Bandung, sehingga sebutan dari Bandung itulah yang dipakainya.

Mengapa saya tidak tahu persis soal “agan”, sebetulnya itu tidak penting. Yang penting adalah adakah perhatian kita sebagai pimpinan di Badilag atau pimpinan-pimpinan di peradilan agama terhadap semangat dan kegiatan yang mereka lakukan. Adakah di antara kita sebagai pimpinan di lingkungan peradilan agama peduli dan memberikan apresiasi kepada mereka?

Padahal, saya yakin, kita sepakat, bahwa apa yang mereka lakukan dalam mengembangkan Aplikasi SIADPA Plus itu sangatlah bermanfaat, bukan untuk diri mereka, tapi untuk institusi kita, dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Saya sangat salut tehadap mereka. Salut karena betapa tanpa pamrihnya mereka dalam mengembangkan SIADPA Plus itu. Salut karena betapa mereka mencintai dan menikmati pekerjaan mereka. Dan salut karena apa yang mereka lakukan itu betapa besar manfaatnya untuk orang banyak.

Di samping merasa salut, saya juga sekaligus merasa malu kepada mereka. Malu karena kita tidak begitu peduli pada mereka. Malu karena sebagai pimpinan, saya tidak bisa memberi penghargaan yang setimpal dengan apa yang mereka lakukan. Malu karena semangat kita kalah jauh dari semangat mereka. Bayangkan, dini haripun mereka masih berdiskusi atau saling sumbang saran jika di antara mereka ada yang menemui kesulitan, atau mereka saling memberi informasi jika menemui hal baru, berkaitan dengan penerapan SIADPA Plus ini. Masya Alloh.

***

SIADPA Plus adalah suatu aplikasi berbasis Teknologi Informasi yang dipergunakan di lingkungan peradilan agama dalam memproses administrasi perkara. Aplikasi ini merupakan otomasi dari Pola Bindalmin yang dipergunakan di seluruh lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung.

Dengan menggunakan aplikasi ini maka administrasi dapat diproses dengan cepat, mudah dan akurat. Oleh karena itu, aplikasi ini sangat bermanfaat dan sangat membantu peningkatan pelayanan bagi pencari keadilan.

Bisa kita bayangkan, tanpa memanfaatkan otomasi aplikasi SIADPA, betapa repot dan lamanya menangani proses perkara di PA-PA yang jumlah perkaranya 500-700 sebulan, seperti di banyak PA di Pulau Jawa.

Sejak pendaftaran, pembuatan SKUM, penentuan majlis hakim, Penentuan hari sidang, pembuatan pemanggilan, pembuatan berita acara, penyusunan putusan, pengisian register perkara dan keuangan, pengarsipan dan pelaporan, jika ditangani secara manual akan sangat memerlukan waktu dan banyak orang.

Dengan menggunakan aplikasi SIADPA, semua tahapan proses itu dapat dilakukan secara otomasi, sehingga menjadi mudah, cepat dan praktis. Semua ini akan menjadikan pelayanan kepada pencari keadilan lebih baik dan lebih cepat.

Namun karena aplikasi ini berbasis Teknologi Informasi, maka bagi kebanyakan orang tidak secara otomatis dapat menggunakannya. Diperlukan sedikit pelatihan dan suatu pembudayaan yang menyeluruh bagi aparat peradilan.

SIADPA adalah suatu sistem yang melibatkan tim. Jadi, semua yang terlibat penanganan perkara harus bisa mengoperasikannya sesuai dengan perannya. Oleh karena itu penerapan SIADPA tidak bisa hanya dilakukan oleh tim TI saja. Sejak petugas meja 1, petugas keuangan, kasir, JSP, PP, hakim bahkan Ketua Pengadilan harus terlibat, faham dan mampu menggunakannya sesuai dengan tupoksinya masing-masing.

Berkat upaya kawan-kawan yang hobi berteknologi-informasi, ditambah dukungan dari Direktorat Pembinaan Administrasi dan perhatian yang besar dari Tuada Uldilag, kini Aplikasi SIADPA Plus telah diterapkan hampir di seluruh peradilan agama, dengan segala plus-minusnya.

Markus Zimmer, Presiden Pendiri Asosiasi Internasional Administrasi Peradilan (IACA), yang berdomisili di Amerika Serikat, sangat mengapresiasi penerapan SIADPA di lingkungan peradilan agama. Bahkan dia telah menyempatkan diri mengunjungi beberapa PA untuk melihat pelaksanaan penerapan SIADPA ini. Markuspun sempat memberi beberapa masukan, antara lain tentang pengisian register yang cukup dengan sistem aplikasi tersebut.

Di samping Markus, ada beberapa pegiat administrasi peradilan bertaraf internasional yang tertarik dan mengapresiasi SIADPA yang diterapkan di peradilan agama.

Tidak heran, jika seperti disebutkan dalam tulisan-tulisan saya sebelumnya, kini peradilan agama telah banyak mendapat apresiasi dari orang lain. Apresiasi ini berkaitan dengan peningkatan pelayanan publik, pengembangan Teknologi Informasi, pelaksanaan pelayanan bagi orang miskin dan terpinggirkan, peningkatan transparansi dan lain-lainnya. Penerapan SIADPA Plus menambah apresiasi orang terhadap peradilan agama.

****

Kitapun sadar, masih banyak keterbatasan yang kita punyai dan masih banyak kelemahan yang kita lakukan, namun demikian penghargaan itu sangatlah memberi motivasi kita untuk bekerja lebih baik lagi. Apresiasi itu terasa bagaikan air di tengah padang pasir yang menjadikan tenaga baru bagi para kafilah untuk melanjutkan perjalanan panjangnya.

Saya merasa, penghargaan-penghargaan itu lebih pantas jika ditujukan kepada mereka yang telah bekerja keras dan ikhlas, seperti yang telah diperlihatkan oleh kawan-kawan dari laskar SIADPA Plus.

Sayapun melihat, jajaran peradilan agama pada umumnya adalah pekerja keras dan ikhlas. Kawan-kawan dari kelompok tenaga honorer, kepaniteraan, juru sita, kesekretariatan serta para hakim sangat layak untuk mendapatkan penghargaan ini. Mereka telah memperlihatkan dedikasinya yang terbaik dalam memberikan pelayanan kepada pencari keadilan dan masyarakat luas. Saya bangga melihat aparat peradilan agama seperti itu.

karena itu, saya mengajak kepada para pimpinan pengadilan di lingkungan peradilan agama se Indonesia, untuk lebih peduli terhadap apa yang selama ini mereka kerjakan. Kita perlu memberikan semangat, dorongan dan perhatian kepada mereka. Kita perlu memperhatikan kesejahteraan dan nasib mereka. Sebab ternyata, banyak di antara mereka yang bekerja 25 jam sehari—istilah saya untuk menunjukkan betapa mereka bekerja tak kenal waktu. Yang luar biasa, itu semua untuk kepentingan institusinya, tanpa ingin dilihat dan dipuji orang. Subhanalloh. (WW).

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice