logo web

on . Dilihat: 12350

Memahami Kepekaan Bupati, Mantri dan Kuli

Oleh: Purwosusilo

Setiap daerah di wilayah Republik Indonesia pasti memiliki kata-kata hikmah yang mengandung nilai-nilai moral yang sangat tinggi; mengandung nilai keluhuran, kejujuran, kepekaan dan pesan-pesan moral lain yang sangat penting.

Pojok Dirjen kali ini sengaja mengangkat nasehat atau kata hikmah yang berasal dari daerah Jawa. Ini bukan berarti pepatah Jawa lebih unggul dari yang lain, akan tetapi semata karena substansinya yang penting dan relevan untuk kita ketahui bersama.

Kata hikmah tersebut berbunyi begini: Esem bupati, semu mantri, dupak kuli. Kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, kira-kira menjadi: Senyuman untuk bupati, sindiran untuk mantri dan blak-blakan atau terang-terangan untuk kuli. Terjemahan ini tentu tidak persis dengan muatan yang terkandung di dalam kata hikmah tersebut, akan tetapi sekadar untuk memudahkan kita dalam memahami makna dari hikmah tersebut.

Penyebutan bupati, mantri dan kuli dalam kata hikmah tersebut bukan dalam jabatan yang sesungguhnya. Penyebutan tersebut sekadar untuk menggambarkan tingkat kepekaan seseorang. Dalam kehidupan di manapun, tingkat kepekaan seseorang dapat diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan tadi: bupati, mantri dan kuli.

Orang yang sangat tinggi tingkat kepekaan, kepedulian dan kedisiplinannya diibaratkan sebagai bupati. Orang seperti ini memiliki kesadaran yang sangat tinggi untuk melaksanakan tugas dan kewajiban, bahkan mampu memberi contoh kepada lingkungan di mana dia berada, baik di rumah, di kantor, maupun di dalam masyarakat sekitarnya.

Orang yang tingkat kepekaannya sedang-sedang saja diibaratkan sebagai mantri. Orang dalam tingkatan ini masih memiliki kepekaan dan kepedulian, tetapi masih perlu dorongan motivasi, pemberian semangat, bahkan sindiran orang lain, agar kepekaan dan kepeduliannya bisa tumbuh.

Sedangkan orang yang tingkat kepekaannya paling rendah diibaratkan sebagai kuli. Orang yang berada dalam tingkatan ini hampir tidak memiliki kepekaan sosial dan tidak peduli pada lingkungan. Dia seakan-akan hanya berpikir untuk kepentingan diri sendiri.

Bersyukurlah, kalau di dalam lingkungan kantor kita, semua pejabat dan pegawai memiliki tipe kepekaan sebagai bupati, atau setidak-tidaknya memiliki kepekaan seperti mantri. Tapi realitasnya, di lingkungan kantor kita, hampir selalu ada orang-orang yang kepekannya menyerupai bupati, mantri dan sekaligus kuli. Tiga tipe tersebut ada semua.

Idealnya, semakin tinggi jabatan seseorang atau semakin tinggi status sosialnya, semakin tinggi pula tingkat kepekannya sebagaimana tipe bupati. Tapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Justru sebaliknya, tidak sedikit staf atau pegawai memiliki tipe kepekaan sebagai bupati.

Untuk memberikan teguran atau peringatan kepada orang yang bertipe bupati, apabila suatu saat dia melakukan kesalahan, pimpinan cukup memberi senyuman kepada yang bersangkutan. Dia sudah tahu bahwa senyuman pimpinan kali ini bukan senyuman terima kasih atau tanda penghargaan, tetapi senyuman peringatan atas kesalahan yang telah dia lakukan. Tidak perlu pimpinan menyindir, apalagi memarahinya. Cukup memberi senyum, insya Allah dia akan memperbaiki diri.

Berbeda halnya dengan orang bertipe mantri yang memiliki kepekaan sedang-sedang saja. Pimpinan perlu sedikit tegas dengan memberi sindiran. Kalau hanya diberi senyuman, orang tersebut akan menyalahartikan senyuman tersebut. Dikiranya pimpinan berkenan dengan apa yang dia lakukan.

Sementara itu, kepada orang bertipe kuli, pimpinan tidak mungkin memberi peringatan dengan sindiran, apalagi senyuman. Terhadap orang seperti ini, pimpinan harus berani memanggil, menunjukkan kesalahannya secara terang-terangan dan bila perlu memarahinya dalam rangka memberi pembinaan kepada yang bersangkutan, agar dia bisa lebih baik di masa yang akan datang.

Seiring dengan hadirnya bulan Ramadhan, mari kita manfaatkan momen berharga ini untuk bertafakkur, merenung, mengintrospeksi diri: kita masing-masing termasuk tipe orang yang bagaimana. Apakah kita termasuk tipe orang yang bermental bupati, mantri atau justru kuli?

Setelah bertafakkur, selanjutnya mari kita berusaha untuk memperbaiki diri, berlari menjadi yang terbaik. Perlu kita ingat, sewaktu-waktu kita bisa berubah-ubah tipe. Mungkin saat ini kita masih bertipe kuli, namun esok hari kita harus bisa meningkat menjadi bertipe mantri, bahkan bupati. Jangan malah sebaliknya.

Selamat berpuasa dan selamat meningkatkan keimanan dan kepekaan. Semoga kita tergolong orang-orang yang bertakwa. (*)

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice