logo web

Dipublikasikan oleh Hermansyah pada on . Dilihat: 35031

Nabi Sulaiman, Semut dan Peradilan Agama

Oleh: Purwosusilo

Sulaiman adalah nabi dan rasul utusan Allah. Di antara dua puluh lima nabi dan rasul utusan Allah, salah satu di antaranya adalah Nabi Sulaiman AS. Nabi Sulaiman ditakdirkan oleh Allah dengan banyak kelebihan. Tidak banyak orang yang diberi kelebihan oleh Allah seperti Nabi Sulaiman. Dia diberi kelebihan oleh Allah dengan berbagai kenikmatan, sehingga dalam tulisan ini, sengaja diangkat kembali sekelumit kisah kehidupan Nabi Sulaiman. Banyak hal yang menarik untuk disimak, yang dapat direnungkan dan diperhatikan, salah satu di antaranya adalah kisah antara Nabi Sulaiman AS dan seekor semut.

Di antara kenikmatan yang diberikan Allah kepada Nabi Sulaiman ialah dia dipilih oleh Allah sebagai nabi dan rasul utusan Allah dengan tugas utama untuk menyampaikan syariat Allah. Sulaiman juga dinobatkan sebagai seorang raja dari sebuah kerajaan besar di masanya, diperkuat dengan bala tentara yang tangguh dan harta benda yang melimpah. Kenikmatan ini disempurnakan dengan ilmu yang tinggi, sampai-sampai digambarkan, Nabi Sulaiman dapat memahami dan berkomunikasi dengan bahasa binatang dan hewan. Di samping itu, dia juga didampingi oleh seorang permaisuri yang sholehah, cantik dan rupawan. Pendek kata, semua kenikmatan dunia dinikmati oleh Nabi Sulaiman, yaitu harta, tahta dan wanita. Bahkan kenikmatan akheratpun insya Allah dinikmati oleh Nabi Sulaiman.

Sekalipun demikian, Nabi Sulaiman tetap sadar bahwa semua kenikmatan ini adalah karunia Allah. Kapanpun kenikmatan-kenikmatan ini dapat dicabut kalau Allah menghendakinya. Oleh karena itu Nabi Sulaiman tetap bersahaja dalam kehidupannya, bahkan tawadhu’ dalam menyikapi usul, masukan, kekuatiran dari manapun asalnya.

Di antara sikap tawadhu’ Nabi Sulaiman tersebut dilukiskan di dalam al-Quran surat an-Naml ayat 18. Yaitu bahwa ketika Nabi Sulaiman dan bala tentaranya dalam sebuah perjalanan sampai pada sebuah lembah semut. Saat itu, berkatalah seekor semut (ratunya semut) dengan penuh kekuatiran: “Hai semut-semut, masuklah kamu sekalilan ke dalam lubang-lubang persembunyian kamu, agar kamu semua tidak diinjak oleh Nabi Sulaiman dan bala tentaranya.” Sementara itu, Nabi Sulaiman dan bala tentaranya tidak merasa bahwa mereka telah menginjak para semut.

Mendengar kekuatiran semut tersebut, Nabi Sulaiman tidak marah, bahkan tersenyum dan tertawa seraya berdoa kepada Allah, yang kemudian doa Sulaiman tersebut diabadikan oleh Allah di dalam al-Quran sebagai doa syukur: “Ya Allah, berikanlah kepadaku ilham (kearifan) agar kami dapat bersyukur atas nikmat yang telah engkau berikan kepadaku dan kepada orang tuaku…”

Kalimat doa tersebut kalau dibahasakan dengan kalimat bebas seakan Nabi Sulaiman menjawab kekuatiran semut tersebut dengan kalimat: “Wahai semut-semut, jangan kuatir, karena sesungguhnya Sulaiman dan bala tentaranya bukan tipe orang seperti itu, yang suka menginjak pihak-pihak yang tidak berdaya.”

Cerita Nabi Sulaiman dan seekor semut di dalam ayat ini mengandung filosofi yang sangat dalam. Semut dalam ayat ini adalah representasi masyarakat akar rumput, rakyat biasa, para staf, karyawan, dan sebagainya. Di sisi lain, Sulaiman adalah representasi orang-orang yang berkuasa dengan berbagai kelebihan dan kewenangan dalam semua tingkatan.

Sesungguhnya para karyawan, staf dan pegawai pada umumnya mengharapkan kearifan dan kecerdasan setiap pemimpin. Akan tetapi sebaliknya para staf dan karyawanpun jangan mempunyai kekuatiran yang berlebihan seperti apa yang dilakukan oleh semut tersebut. Sebab, kekuatiran yang berlebihan justru akan menimbulkan kontra produktif, yang justru merugikan institusi.

Dalam sebuah manajemen, baik staf maupun pimpinan, semua penting dalam tugas dan wewenang masing-masing. Tidak ada orang atau bagian yang paling penting dan tidak ada pula bagian yang tidak terlalu penting. Ibarat sebuah mobil, betapapun pentingnya mesin mobil, akan tetapi bukan berarti pentil yang kecil itu tidak penting. Sebab tanpa pentil, mobil sebagus apapun tidak bisa berjalan dengan sempurna.

Oleh karena itu, sebaiknya semua suara kita padukan sehingga menjadi simfoni yang menghidupkan kalbu. Semua kekuatan kita satukan sehingga ibarat air bah yang tidak terbendung untuk kemajuan organisasi.

Sekalipun cerita tentang Nabi Sulaiman dan semut di atas tidak secara langsung berkaitan dengan manajemen, tetapi filosofi cerita tersebut banyak mengandung prinsip-prinsip manajemen sehingga filosofi tersebut perlu kita renungkan bersama, demi kemajuan peradilan agama.

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice