logo web

Dipublikasikan oleh Hermansyah pada on . Dilihat: 12737

Di toilet juga sudah serba tertata dan wangi. Di lantai, di closet dan di meja wastafel tidak tampak ada lagi tetesan air, apalagi kotoran. Kelengkapan seperti tissu, sabun, handuk, sikat dan pasta gigi serta lain-lainnya sudah selalu siap.

Di ruang istirahatpun, yang letaknya ada di antara ruang kerja dan toilet, semuanya sudah rapi nan wangi. Sajadah, sandal-sandal, lemari baju, meja kecil dan kursinya, dan peralatan lainnya yang ada di situ semuanya sudah tertata dengan baik.

Jam berapapun saya masuk kantor, jam setengah delapan atau kadang jam tujuh pagi, kalau lalu lintas sedang lengang misalnya, keadaan ruangan selalu begitu. Tidak pernah saya mendapat ruangan acak-acakan ketika saya masuk kantor.

Lalu, siapakah yang selalu rajin melakukan semua ini? Dialah Pak Ali.

**

Nama lengkapnya Ali Abdul Kholid. Sudah enam tahun ia mengabdi sebagai pegawai honorer di Badilag. Ia orang Betawi asli, kelahiran Kampung Melayu, sekitar 5 km dari kantor Badilag. Ia, isteri dan anak semata wayangnya yang berusia 4 tahun juga tinggal di tempat kelahirannya itu.

Dengan menggunakan bis umum, setelah selesai shalat Shubuh, setiap hari Pak Ali berangkat ke Badilag. Sekitar pukul 6 ia sudah tiba di kantor. Saya tidak pernah datang ke kantor sebelum pukul 7. Maka pantaslah kalau keadaan ruangan saya selalu sudah rapi saat saya datang ke kantor.

Pak Ali, yang mempunyai tugas membersihkan ruangan kantor Badilag di lantai 6 dan melayani keperluan sehari-hari saya ini, tampak lugu. Ia tidak banyak bicara apalagi banyak menuntut. Walaupun demikian, ia nampak rajin bekerja dan menikmatinya.

Ketika saya tanya, Pak Ali mengungkapkan rasa senangnya bekerja di Badilag, walaupun sebagai tenaga honorer. Mungkin karena umurnya yang sudah mencapai 46 tahun, Pak Ali tidak mengharapkan untuk menjadi PNS. Sepertinya ia tahu, tidak mungkin lagi dirinya bisa diangkat menjadi PNS di umur setua itu.

“Saya bisa bekerja seperti ini saja sudah Alhamdulillah, Pak,” tuturnya, “Saya sangat bersyukur dibandingkan dulu-dulu. Saya pernah bekerja di swasta, sebagai kuli bangunan, sebagai satpam, bahkan sebagai penjual baju. Saya lebih enak sekarang. Di sini tenang, penghasilan tetap, jumlahnya lumayan jika dibanding dulu-dulu dan yang lebih penting lagi suasana kerjanya enak.”

Lalu, ketika saya singgung tentang jumlah penghasilannya yang hanya Rp 1.350.000 sebulan, dengan polos Pak Ali menjawab, “Alhamdulillah, itu lebih besar dibandingkan dulu-dulu. Yang penting kita syukuri dan jalani hidup ini apa adanya. Saya berusaha selalu jujur, agar hidup tenang dan barokah.”

***

Saya sempat termenung, mendengar jawaban Pak Ali yang penuh dengan keikhlasan dan kepasrahan menjalani hidup ini. Dengan penghasilan yang kecil, Pak Ali selalu semangat, ceria, dan bersyukur. Betapa mulianya Pak Ali ini.

Banyak pelajaran yang dapat kita petik dari hidup Pak Ali. Pak Ali yang penghasilannya seperti itu namun tetap rajin dan gembira, sementara kita yang penghasilannya jauh di atas Pak Ali, kadang kala menyesali, ngedumel dan malas. Rasanya ironis. Malu juga.

Tampak sekali, Pak Ali berupaya bekerja sebaik-baiknya, rajin dan tekun. Dalam hal kebaikan dan prestasi ini, ia tidak mau kalah dari orang lain. Ia selalu melihat kepada yang ada di atasnya, yang lebih rajin dan lebih giat. Sedangkan dalam hal penghasilan, ia selalu melihat dan membandingkan dengan yang berada di bawahnya. Paling tidak, ia membandingkan penghasilannya yang sekarang dengan penghasilannya ketika ia bekerja di tempat-tempat sebelumnya. Lalu ia bersyukur dan bertekad untuk berbuat jujur terus. Subhanallah...

Pantaslah apa yang disabdakan Nabi kita SAW, “Lihatlah apa yang diucapkannya—atau bisa saja, apa yang dilakukannya—dan janganlah engkau melihat siapa yang mengucapkannya”. Terima kasih Pak Ali, meski anda ‘hanya’ seorang pegawai honorer dengan penghasilan kecil, tapi sikap dan ucapan anda sangatlah menjadi teladan bagi orang lain, setidaknya bagi saya.

Saya tahu, betapa banyaknya tenaga-tenaga honorer di lingkungan peradilan agama yang penghasilannya seperti Pak Ali, atau bahkan kalau di daerah, jauh di bawah penghasilan Pak Ali. Mereka sangat berjasa membantu peradilan agama dalam memberikan pelayanan kepada para pencari keadilan. Bahkan selain itu, merekapun mengambil peran yang sangat besar dalam keberhasilan pelaksanaan Reformasi Birokrasi di lingkungan peradilan agama.

Di bidang Teknologi Informasi (TI) saja, yang merupakan ikon dalam program-program reformasi peradilan, banyak sekali tenaga honorer yang sangat berperan dan sangat menentukan.

Sebut saja Helmi Indra Mahyuddin. Ia adalah jagonya TI di Badilag bahkan di lingkungan peradilan agama secara nasional. Ia memegang tanggung jawab dan peran sangat besar dalam pengembangan TI. Ia sudah bermasa bakti selama lebih dari 5 tahun dan mempunyai andil besar dalam mengharumkan nama peradilan agama. Tapi, sungguh sayang, nasibnya masih memprihatinkan.

Kita sudah mengusahakan yang bersangkutan untuk dapat diangkat menjadi PNS, dengan mengikuti test CPNS, tapi keberuntungan masih belum sempat diraihnya. Belum lagi Ridwan dan Iwan—rekan kerja Helmi Indra Mahyudin—serta tenaga-tenaga honorer lainnya di Badilag dan di lingkungan peradilan agama seluruh Indonesia. Sayapun ikut sedih dan prihatin.

Di bidang lainnyapun, tenaga-tenaga honorer sangat banyak dan sangat membantu pelaksanaan tugas peradilan agama. Nasibnyapun masih belum menggembirakan.

Memang, beberapa waktu lalu telah ada proses pengangkatan tenaga honorer, tapi itu jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah yang ada. Mudah-mudahan pengangkatan tenaga honorer menjadi CPNS ini terus berlanjut dari tahun ke tahun.

****

Melihat keadaan seperti itu, sepantasnya kalau kita memberikan penghargaan kepada Pak Ali dan tenaga honorer lainnya di seluruh Indonesia sebaik-baiknya. Penghargaan itu dapat berupa upaya kita agar mereka dapat diangkat menjadi CPNS.

Janganlah, kalau ada kesempatan mengajukan data mereka untuk dipertimbangkan sebagai PNS, lalu karena ada kepentingan tertentu yang tidak sehat, kita ajukan data tenaga honorer yang fiktif, sehingga terjadi kedholiman terhadap mereka yang betul-betul sudah mengabdi bertahun-tahun.

Atau, setelah mereka mendapat keberuntungan diangkat sebagai CPNS, lalu di antara kita ada yang meminta imbalan uang yang sangat besar bagi ukuran mereka, dengan dalih untuk diberikan kepada pihak-pihak tertentu yang berjasa, sebagai bentuk syukuran. Masya Allah! Saya sangat marah mendengar ada indikasi seperti itu.

Penghargaan lainnya yang patut diberikan kepada mereka adalah kesejahteraan mereka. Janganlah ada tindakan pemotongan honor-honor mereka yang sudah sangat kecil itu. Malah kalau bisa dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, ajaklah mereka dalam kegiatan-kegiatan kantor yang berdampak adanya tambahan penghasilan bagi mereka selain honor bulanan.

Lalu, penghargaan lain yang tak kalah pentingnya adalah perlakukan kita kepada mereka. Perlakukanlah mereka sebagaimana kita memperlakukan pejabat dan pegawai lainnya. Kita perlakukan mereka dengan sewajarnya dan tidak menganggap remeh status kepegawaian mereka. Kita bersikap kepada mereka sebagaimana kita bersikap kepada pejabat dan pegawai lainnya. Kita wajib meng-uwong-kan, meng-‘orang’-kan dan menghormati mereka.

Kita tanamkan rasa saling menghormati, saling memahami dan saling mengasihi di antara kita, termasuk tenaga-tenaga honorer yang ada di lingkungan kita. Masing-masing kita, termasuk tenaga honorer, perlu mengetahui hak dan kewajiban masing-masing. Dengan demikian, tidak ada lagi perlakuan dan tuntutan yang tidak proporsional. Kita semua menjadi tenang, tentram dan damai dalam bergaul dan bekerja.

Kalau semua itu sudah kita lakukan bersama, insya Allah hidup yang barokah seperti diharapkan oleh Pak Ali akan dapat kita raih secara bersama pula.

Terima kasih, Pak Ali. Terima kasih, kawan-kawan semua. (WW).

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice