logo web

Dipublikasikan oleh Iwan Kartiwan pada on . Dilihat: 7218

Saya satu panel dengan Bu Andriani Nurdin, Wakil KPT Palangkaraya, mantan KPN Jakarta Pusat, dan Pak Ridwan Mansyur, Kepala Biro Hukum Humas MA-RI, mantan KPN Palembang. Kedua pembicara setelah saya itu mempresentasikan Sistem Informasi Perkara, berturut-turut, yang berlaku di PN Jakarta Pusat dan PN Palembang, yang dibantu donor, USAID, Amerika Serikat.

Setelah selesai pemaparan, dibuka forum diskusi. Pak Atja Sondjaja, Ketua Muda Perdata Umum adalah peserta pertama yang angkat tangan. Beliau tidak bertanya atau berkomentar. “Saya hanya ingin bukti kebenaran apa yang disampaikan oleh ketiga panelis”, kata beliau.

Kepada saya dan 2 panelis lainnya, Pak Atja minta dicarikan informasi tentang status perkara nomor 25 tahun 2012, dari 2 PA dan 5 PN, satu persatu.

Ketika operator sedang mendemontrasikan sistem pencarian perkara (case tracking), melalui website masing-masing PA dan PN, suasana hening.  Para peserta pertemuan konsentrasi melihat layar lebar yang ada di depan, yang memperlihatkan proses penelusuran perkara pada tayangan website PA dan PN.

Sepertinya mereka penuh tanda tanya, bisakah operator itu menelusuri status perkara dari jarak jauh, seperti diminta Pak Atja.  Saya dan dua panelis lainnyapun harap-harap cemas, khawatir apa yang diminta Pak Atja tidak terpenuhi.  Kalau ini terjadi, percuma saja apa yang telah dipresentasikan sebelumnya dan mendapat aplaus para peserta itu.

Hasilnya? Alhamdulillah, operator berhasil  menelusuri perkara yang diminta Pak Atja. Operator dapat memberikan informasi lengkap.  Namun ada juga  beberapa website  yang tidak bisa menelusuri dan menayangkan informasi perkara itu.

Ketika Pak Atja menanyakan mengapa kasus itu tidak dapat ditelusuri, Sang Operator menjelaskan penyebabnya, mungkin karena data perkara tidak dientri, sedangkan sistemnya sudah ada,  atau mungkin pula sistemnya yang berbeda.

Pak Atja spontan menegaskan dengan penekanan kuat, faktor pimpinanlah yang menentukan. “Sebaik apapun sistem yang kita punyai, kalau tidak ada perhatian pimpinan, maka sistem itu tidak akan  berjalan dengan baik”, kata beliau.

Memang benar, pimpinan menjadi faktor penentu keberhasilan pelaksanaan reformasi. Di hari pertama pertemua itupun, semua pembicara, sejak  Pak Tanri Abeng (mantan Menteri BUMN), Pak Bagir Manan (Mantan KMA), sampai Pak Emirsyah Satar (Presiden Direktur Garuda Indonesia), menyatakan pada intinya sama seperti itu.

Sayapun sejak dulu dan di mana-mana sering menyatakan bahwa “pimpinan merupakan kunci keberhasilan suatu perubahan”.

**

Pernyataan Pak Atja mengingatkan saya pada suatu kejadian ketika diadakan acara “Fit & Proper Test” bagi para KPA Kelas II dan WKPA Kelas I yang akan dipromosikan menjadi KPA Kelas IA di kota-kota tertentu. Saya mewawancarai sekitar 40 orang peserta, mengenai perhatian mereka terhadap Pemanfaatan Teknologi Informasi.  Para peserta  dikelompokkan  menjadi 5 orang-5 orang.

Dari komentar-komentar pada menu Berita atau Pojok Dirjen yang ada di Badilag.net, saya tahu mana peserta yang suka menulis komentar, mana yang sekali-sekali  dan mana yang tidak pernah menulis komentar. Dari situpun sudah ada informasi, mana yang perhatiannya terhadap TI  bagus dan mana yang tidak.

Yang saya gali dari peserta test ini bukanlah tingkat kemahiran mereka dalam mengoperasikan suatu sistem TI, namun sejauh mana perhatian mereka terhadap pemanfaatan TI. Jadi, pertanyaan-pertanyaannyapun sederhana.

Mereka, saya tanya tentang pengetahuannya terhadap website yang dilola oleh PA tempat mereka bekerja. Saya juga  bertanya tentang isi-isi sederhana atau isu yang populer yang selama itu diberitakan pada situs Badilag.net. Kadang, saya juga bertanya tentang perkembangan dan permasalahan penggunaan SIADPA di PA tempat kerjanya.

Ada sebagian dari mereka yang sangat mengenal situs-situs dan SIADPA itu. Artinya, perhatian mereka terhadap pemanfaatan TI sangatlah bagus. Tapi ada pula yang tidak mengetahuinya, bahkan membuka saja tidak pernah.

Ketika saya tanya mengapa mereka sampai tidak mengenal situs-situs itu, jawabannya sangat memprihatinkan.

“Aduh Pak Dirjen, saya sangat sibuk menangani perkara. Sejak masuk kantor sampai pulang kantor, terus menerus saya bekerja meyelesaikan perkara dan pembinaan terhadap para karyawan. Apalagi perkara di PA kami banyak sekali, hampir 100 perkara setiap bulan. Jadi, mohon ma’af, saya tidak ada waktu dan tidak pernah sempat untuk membuka situs-situs itu”. Itulah  jawaban salah satu peserta, yang kita anggap sebagai kader dan pimpinan masa depan peradilan agama.  Masya Alloh.

Mendengar jawaban yang  tidak disangka-sangka itu, sayapun prihatin dan mengelus dada. Saya ingin tahu lebih dalam lagi tentang keadaan kader kita ini, berkaitan dengan kegiatannya sehari-hari. Sayapun mengajukan beberapa pertanyaan tentang kesibukan yang bersangkutan, beban kerja, jumlah hakim dan aparat lainnya, serta kesibukan-kesibukan lainnya.

Ketika saya tanya, kegiatan apa saja yang dilakukan pada hari Jumat, yang bersangkutan menjawab, biasanya olah raga, seperti tenis. “Dari jam berapa sampai jam berapa”, tanya saya lagi. “Kadang sampai jam 10. Tapi mulainya dari sekitar pukul 6”, katanya. Berarti ada 2 jam waktu kerja yang dipakai untuk olah raga itu.

Lalu saya tanya peserta lainnya yang saya tahu bagus perhatian dan keterampilannya di bidang TI dan ia rajin memberi komentar pada Kolom Berita atau Pojok Dirjen. “Berapa lama anda sekali membuka situs anda atau badilag.net?”, tanya saya.

“Macam-macam Pak. Tapi, sekitar 15 menit saja sudah dapat banyak membuka dan membaca beberapa artikel”, katanya. “Kalau membuat komentar, berapa lama”, susul saya. “Paling 2-3 menit, sudah jalan Pak”, katanya lagi.

“Lho, itu kan jauh lebih singkat dari main tenis pada jam kantor? Kenapa untuk olah raga sangat banyak waktu, sedangkan untuk buka situs tidak ada waktu?”, pertanyaan saya, ditujukan kepada semua anggota kelompok itu.  Akhirnya, panjang lebar saya ceritera tentang pentingnya mengakses  website, terutama website PA sendiri, Badilag.net dan Mahkamahagung.go.id.

Setelah mengetahui rendahnya perhatian sebagian peserta test terhadap pemanfaatan TI,  kepada setiap  kelompok sayapun lebih banyak memberikan “ceramah” dan “nyanyi” (sedikit ngomel dalam rangka memberi motivasi, red.) dari pada mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

***

Setelah selesai “fit & proper test” itu, saya merasa kecewa melihat rendahnya perhatian pimpinan terhadap TI, tapi sekaligus juga puas telah sempat memberikan “nyanyian”.

Sayapun merasa, ada terbersit dalam hati suatu kekhawatiran, jangan-jangan “nyanyian” saya dianggap terlalu nyaring, sehingga tidak enak di kuping dan di hati. Ketika itu, dalam hati, saya berdo’a mudah-mudahan “nyanyian” saya  tidak membuat kawan-kawan tersinggung.

Eh, bener juga. Beberapa hari setelah pelaksanaan “fit & proper test”, saya melihat betapa banyak kawan-kawan peserta test itu yang menulis komentar, baik terhadap berita, Pojok Dirjen, atau menu lainnya. Bahkan ada di antara kawan-kawan itu yang sms kepada saya mengucapkan terima kasih karena sudah termotivasi untuk menaruh perhatian yang lebih besar terhadap TI.

Sampai sekarang, para “komentator” yang aktif pada Badilag.net itu, sebagiannya adalah para alumni dari “fit & proper test”. Nampak, para “alumni” itu secara konsisten mengikuti terus perkembangan Badilag.net, dan juga mengembangkan TI di PAnya masing-masing. Alhamdulillah.

****

Dari ceritera di atas, jelas, bahwa tidak tahunya pimpinan PA terhadap  situsnya sendiri, Badilag.net, atau Mahkamahagung.go.id, bukan karena mereka tidak ada waktu atau karena terlalu sibuk dalam menangani perkara dan memimpin PA.  Ketidak-tahuan mereka tentang situs juga bukan karena ketidak mampuan menggunakan teknologi.

Ketidak-tahuan mereka adalah karena tidak adanya perhatian terhadap pemanfaatan TI. Ketidak tahuan terhadap urgensi pemanfaatan TI juga dapat menimbulkan tidak adanya perhatian.

Saya memahami benar, bahwa di banyak PA, terutama di Jawa, beban kerja sangatlah berat. Dengan  100 perkara setiap bulan saja, apalagi banyak yang sampai 500-600 perkara perbulan, ditambah kurangnya jumlah hakim, PP, JSP dan tenaga lainnya, betapa berat tugas hakim dan aparat PA itu. Apalagi pimpinannya. Saya faham benar.

Tapi, dari pengalaman para peserta “fit & proper test” di atas, beban kerja tidak menjadi halangan untuk meningkatkan ketrampilan di bidang TI. Bahkan justru  kemampuan menyelami dunia maya dan keterampilan memanfaatkan TI untuk menyelesaikan tugas-tugas kedinasan, akan menjadi “hiburan” bahkan mempermudah pelaksanaan tugas.

Biasanya orang kalau sudah kenal, tertarik,  dan menikmati sesuatu, lalu akan menjadi ketagihan. Demikian halnya dengan para alumni “fit & proper test” terhadap website dan terhadap pemanfaatan TI secara umum. Mereka kini nampak sudah ketagihan.

Tanri Abeng, mantan menteri yang pakar manajemen, di hari pertama Pertemuan Tingkat Tinggi MA itu, menyatakan bahwa salah satu faktor keberhasilan pimpinan dalam membawa organisasinya adalah adanya passion (gairah kerja) yang dimiliki oleh pimpinan tersebut dan passion dari semua anggota organisasi.

Passion ini akan diperoleh jika yang bersangkutan telah merasakan nikmatnya dari kegiatan itu. Sesibuk apapun seorang pimpinan, seberat apapun beban kerja dan sesulit apapun masalah yang dihadapi, jika passion sudah dimiliki oleh pimpinan dan seluruh stafnya, maka semuanya akan mudah dan menyenangkan.

Mudah-mudahan ke depannya, saya tidak lagi mendengar ucapan “Ma’af Pak Dirjen, saya tak ada waktu untuk buka Badilag.net”. Saya sangat mengapresiasi kawan-kawan yang sesibuk apapun masih menyempatkan diri untuk membuka website dan mengembangkan TI untuk kepentingan pelaksanaan tugas, seperti yang telah dilakukan oleh para alumni “fit & proper test” yang lalu. Syukranbik. (WW).

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice